10 Film Trilogi Terbaik dan Terikonik

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Film trilogi merupakan satu paket intermezo berbobot nan terangkai dari tiga movie dari satu judul. Sekuel sempat mendapatkan stigma, lanjutan nan dihantui kesuksesan movie pertama, untuk meraup keuntungan instan. Namun ada beberapa movie trilogi terbaik nan tetap relevan dalam arsip budaya pop hingga saat ini.

Baik dari era klasik hingga modern, dari semesta epic fantasy, superhero, hingga drama kehidupan nan emosional, trilogi bisa muncul dari beragam genre. Dengan setiap seri membangun di atas seri sebelumnya, trilogi berikut telah mengokohkan tempatnya sebagai karya nan berpengaruh dalam bumi perfilman. Berikut sederet movie trilogi terbaik dan terikonik.

The Godfather Trilogy (1972-1990)

Trilogi “The Godfather” tetap menjadi salah satu nan terbaik dalam katalog movie Hollywood klasik. Ketiga seri secara konsisten menyajikan naskah nan berbobot, pengarahan nan memikat, perbincangan ikonik nan quotable, tema mafia nan mendalam, dan scorring nan menghantui kita sampai saat ini. Benar-benar menjadi potrait keagungan kerajaan mafia family Corleone nan berkesan.

Perhatian perincian nan teliti dan style visual unik Francis Ford Coppola, menciptakan pengalaman nan mendalam. Menyajikan narasi dengan materi kekuasaan, kesetian, dan akibat dari kejahatan terorganisir dengan langkah paling elegan dalam skena movie mafia. Tak ketinggalan pujian untuk Marlon Brando dan Al Pacino sebagai tokoh OG dalam skenanya.

Star Wars Trilogy (1977-1983)

Trilogi original ‘Star Wars’, nan terdiri dari “Star Wars Episode IV: A New Hope”, ‘The Empire Strike Back’, dan ‘Return of the Jedi’, dianggap legasi nan luar biasa lantaran ceritanya nan inovatif pada masanya sebagai trendsetter genre space opera. George Lucas menciptakan alam semesta nan kaya dan mendalam, melalui world-building, serta karakter-karakter ikonik.

Trilogi ini menggabungkan tema space opera dengan segmen tindakan nan seru, dan pertempuran bintang kekal antara kebaikan dan kejahatan. Dikemas pengaruh visual inovatif, perbincangan nan tak terlupakan, dan musik latar ikonik dari John Williams, menjadikan ‘Star Wars’ kejadian budaya pop nan tetap relevan dari generasi ke generasi.

The Back to the Future Trilogy (1985-1990)

Trilogi “Back to the Future” juga menjadi salah satu movie trilogi khayalan nan dicintai. Menggabungkan sci-fi, petualangan, dan komedi. Disutradarai oleh Robert Zemeckis, trilogi ini mengikuti petualangan Marty McFly dan Doc Brown dalam petualangan perjalanan waktu.

Dengan support mesin waktu DeLorean, mereka memulai perjalanan mendebarkan melintasi masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, menghadapi beragam tantangan dan paradoks di sepanjang jalan. Dimana pada masanya, aliran time traveling belum semenjamur sekarang.

Trilogi ini terkenal tak hanya lantaran konsep cerita nan menarik, penampilan karismatik Michael J. Fox dan Christopher Lloyd menghadirkan chemistry kuat sebagai duo ikonik dalam budaya pop. Mampu menggabungkan lawakdan momen drama nan heartwarming, membikin perjalanan melintasi waktu semakin berfaedah dalam skenario ini.

The Lord of the Rings Trilogy (2001-2003)

Film trilogi “The Lord of the Rings” diakui kehebatannya untuk beberapa argumen nan terdengar generik, namun hanya bisa kita pahami setelah kita menonton ketiga serinya. Sutradara Peter Jackson sukses menghidupkan bumi khayalan dari novel J.R.R. Tolkien ke layar lebar.

Trilogi ini menampilkan alur cerita nan menarik dan epik, menggabungkan komponen petualangan, tindakan heroik, persahabatan, dan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.

Trilogi “The Lord of the Rings” mempunyai produksi movie kolosal khayalan nan berbobot pada masanya. Mulai dari pengaruh visual, set alam nan immersive, kreasi kostum hingga tata rias nan detail. Elemen-elemen tersebut sukses menghidupkan bumi imajinatif penggemarnya pada media visual nan meyakinkan, serta meningkatkan pengalaman sinematik.

The Dark Knight Trilogy (2005-2012)

Tentu saja ketika Christopher Nolan mengerjakan movie superhero pertamanya, dia menghadirkan standar baru pada aliran nan sudah mainstream ini. ‘The Dark Knight Trilogy’ tetap menjadi trilogi terbaik dalam DCU hingga saat ini.

Menghadirkan pencitraan Batman dan semesta Gotham City nan lebih realisti daripada komikal. Alur cerita trilogi superhero ini mempunyai naskah dengan kompleksitas tema moral, identitas, pengorbanan, dan komentar sosial.

Nolan juga membujuk sineas berbakat mengisi setiap post dalam Batman versinya, mulai dari Christian Bale sebagai Bruce Wayne, Heath Leadger sebagai Joker, kemudian Cillian Murphy juga terlibat tampil sebagai Scarecrow, serta Hans Zimmer sebagai komposer scorring. Trilogi ini membawa trend baru dalam penulisan naskah movie superhero nan juga bisa sinematik.

Spider-Man Trilogy (2002-2007)

Meski telah mempunyai banyak adaptasi, movie trilogi “Spider-Man” live action pertama oleh Sam Raimi tetap menjadi salah satu nan terbaik. Cukup serupa dengan trilogi Batman miliki Christopher Nolan, kisah Peter Parker dalam trilogi ini sangat kental dengan narasi humanisnya. Apa nan lebih jelek dari menghadapi quarter-life crisis? Menjadi Spider-Man di tengah krisis kehidupan seperti nan dialami Peter Parker jenis Tobey Maguire.

Tak hanya menghadirkan arc utama melawan musuh-musuh berbahaya, trilogi “Spider-Man” satu ini juga membahas, cinta, persahabatan, jati diri, problematika kehidupan, dimana semuanya mempunyai hubungan dengan dilema prioritas dan tanggung jawab nan kudu dipikul seorang laki-laki biasa berjulukan Peter Parker.

The Cornetto Trilogy (2004-2013)

Film trilogi Cornetto, juga dikenal sebagai Three Flavours Cornetto Trilogy, merupakan serangkaian movie komedi Inggris nan disutradarai oleh Edgar Wright, dibintangi oleh Simon Pegg dan Nick Frost. Trilogi ini terdiri dari tiga seri film; “Shaun of the Dead”, “Hot Fuzz”, dan “The World’s End”, dan ya, trilogi ini berasas merk es krim Cornetto.

Setiap movie dalam trilogi ini adalah titel berbeda dengan naskah berbeda, jadi bisa kita nikmati secara random alias terpisah. Mulai dari zombie apocalypse, laga komedi tentang polisi, dan serangan makhluk luar angkasa. Namun tetap mempunyai kesamaan umum, mulai dari cita rasa komedinya dan deretan aktornya.

Film trilogi Cornetto diakui sebagai contoh dari naskah komedi nan cerdas, didukung dengan chemistry Simon Pegg dan Frost. Project ini juga menjadi showcase dari style pengarahan unik Edgar Wright. Kombinasi humor, ragam genre, dan momen-momen otentik dalam trilogi ini tetap menjadi sumber intermezo relevan di kalangan penggemarnya, serta mempengaruhi berkembangan komedi dalam sub aliran film-film terbaru.

The Before Trilogy (1995-2013)

‘The Before Trilogy’ terdiri dari “Before Sunrise” (1995), “Before Sunset” (2004), dan “Before Midnight” (2013). Film trilogi ini menjadi seri terbaik dari sutradara Richard Linklater nan kerap menjunjung tinggi realism dalam film-filmnya. Trilogi romansa ini mengikuti perkembangan hubungan antara Jesse nan diperankan oleh Ethan Hawke dan Ceiline diperankan oleh Julie Delpy, selama nyaris dua dekade.

Trilogi ini betul-betul diproduksi selama dua dekade, dimana kita bisa memandang kedua tokoh nan sama ikut menua bersama, ini nyaris seperti pengarsipan kehidupan. Mulai dari pertemuan pertama di Wina, reuni di Paris, dan liburan family di Peloponnese, Yunani.

Film ini menjadi salah satu ikon movie dengan perbincangan padat, mengeksplorasi topik seputar cinta, filosofi kehidupan, serta kompleksitas hubungan manusia dalam naskah nan terasa realistis.

Three Colors Trilogy (1993-1994)

Satu lagi movie trilogi terbaik bertema drama kehidupan adalah ‘Three Colours Trilogy’. Film pengarahan Krzysztof Kieslowski ini terdiri dari tiga movie dengan naskah nan tidak saling bersangkutan, sama seperti trilogi Cornetto. Mulai dari “Three Colors: Blue” tentang masa berkabung, “Three Colors: White” tentang kesetaraan dan balas dendam, kemudian “Three Colors: Red” tentang hubungan dan takdir manusia.

Film trilogi ini mempunyai nuansa nan melankolis dan puitis, menghadirkan eksplorasi kehidupan nan sinematik dan dramatis dari pengarahan Kieslowski nan artistik sekaligus mengandung narasi nan berbobot.

The Bourne Trilogy (2002-2007)

Trilogi Bourne, nan terdiri dari “The Bourne Identity,” “The Bourne Supremacy,” dan “The Bourne Ultimatum”, Disutradarai oleh Doug Liman dan Paul Greengrass, trilogi ini mengikuti perjalanan Jason Bourne, nan diperankan oleh Matt Damon, seorang mantan pemasok CIA nan menderita amnesia saat dia mengungkap kebenaran tentang masa lalunya, sembari berupaya kabur dari pihak-pihak nan mau menghentikannya.

Trilogi Bourne dikenal dengan segmen tindakan nan intens, alur cerita nan menegangkan, dan penggambaran realistis tentang bumi mata-mata. Dengan penyuntingan nan cepat, sinematografi nan dimanis, dan penampilan memukau dari Damon, trilogi Bourne telah menjadi patokan untuk aliran action, memberikan intermezo nan seru dan penuh adrenalin.