“A Muse Never Drowns” merupakan movie debut dari sutradara Asao Nozomi rilisan 2022. Dibintangi oleh dua aktris muda, Uehara Miku dan Wakasugi Kogarashi.
Mengalami kejadian ketika sedang melukis di dermaga berbareng klub melukisnya, Sakuko justru menjadi sumber inspirasi siswi berbakat, Saibara. Saibara menang lomba sampai diwawancarai oleh media lokal berkah prestasi nan dia dapat dari luskisan berjudul ‘Drowning Sakuko’ (Sakuko nan Tenggelam).
Sebaliknya, Sakuko sedang mengalami dilema untuk keluar dari klub melukis lantaran merasa kemampuannya menurun. Ia juga sedang beradaptasi dengan situasi baru di rumah semenjak ayahnya menikah lagi.
“A Muse Never Drowns” merupakan movie drama Jepang bertema coming of age, mengangkat rumor eksplorasi identitas dan potensi pribadi, khususnya dalam bumi seni kreatif. Film ini menjadi bagian dari line up JFF+ Independent Cinema 2023.
Krisis Kreativitas dan Identitas nan Relevan Secara Universal
Meski berlindung dalam latar kehidupan sekolah dan tema coming of age, movie ini mempunyai pesan nan bisa relevan juga untuk jangkauan penonton dari beragam segmentasi usia. Kisah Sakuko sebagai protagonis berputar pada rumor burnout, mental block, kekhawatiran substil, hingga krisis identitas lantaran berubahan besar dalam hidup.
Selain sekarang ayahnya sudah menikah lagi, Sakuko bersiap untuk pindah rumah sembari menyambut kelahiran bayi dari istri baru ayahnya. Sepertinya keadaan tersebut membikin Sakuko merasa terisolasi, hingga akhirnya mempengaruhi performanya dalam menciptakan karya seni. Dimana melalui narasinya diindikasikan subjek tersebut berpotensi menjadi pilihan karirnya.
Dengan kesederhaan premis dalam kisah Sakuko, “A Muse Never Drowns” justru terasa semakin dekat dengan kehidupan kita. Ini bisa jadi sumber inspirasi bagi kita nan sedang mengalami kegelisahan, rasa bimbang, dan redupnya talenta kita nan dipengaruhi oleh masalah kehidupan.
Presentasi brainstorming Sakuko dalam kembali mendapatkan inspirasi dan kembali menciptakan karya menjadi momen nan relevan. Terutama gimana motivasi untuk keluar dari mental block adalah upaya mendaki nan penuh jatuh bangun secara mental.
Eksplorasi Jati Diri nan Substil
Semakin banyak film-film drama Jepang masa sekarang nan memasukan rumor LGBT, salah satunya movie Asao Nozomi ini. Namun cukup sama dengan tema LGBT pada movie Indonesia, pendekatan nan ditampilkan dalam naskahnya lebih konsentrasi pada penerimaan diri dan gimana orang disekitar menunjukan support level permukaan. Tema LGBT bukan menjadi rumor utama nan diangkat dalam movie coming of age ini.
Baik Sakuko maupun Saibara rupanya mempunyai kegelisahan masing-masing. Ketika Sakuko mengira Saibara mempunyai keahlian di atas rata-rata dan lebih baik darinya, Saibara tidak merasa berada di atas awan meski dengan semua pencaipannya. Menarik gimana pesan-pesan tersebut bisa tersampaikan dalam konsep visual, narasi, dan perbincangan nan sangat minimalis.
Drama Kehidupan Sekolah nan Tenang dan Minimalis
Buat nan sudah familiar dengan katalog JFF+ dan movie drama kehidupan Jepang dalam skenanya, mungkin tidak bakal kaget lagi dengan nuansa tenang nan mendominasi dalam movie ini. “A Muse Never Drowns” mempunyai produksi nan terlihat sangat minimalis, namun tidak murahan. Kalau soal sinematografi movie Jepang, nyaris semuanya mempunyai estetika unik nan sama, selalu sukses terlihat artistik dan nyaman di mata penontonnya.
Tidak banyak karakter juga, hanya beberapa karakter siswa pendukung. Karena lebih banyak segmen aktivitas klub alias saat jam sekolah telah usai. Secara keseluruhan movie ini mempunyai nuansa nan sangat tenang, begitu pula didukung dengan musik latar hanya pada adegan-adegan nan memohon perhatian lebih dari penontonnya. Untuk pilihan lagu latarnya, aransemennya juga menggambarkan situasi imajinatif dari suara-suara natural, seperti ketika Sakuko mengutak-atik perabotan alias perangkat elektronik.
Secara keseluruhan, “A Muse Never Drowns” merupakan tipkal movie drama kehidupan Jepang nan tenang, minimalis, namun to the point dengan pesan nan hendak disampaikan. Untuk movie drama nan tenang, tidak banyak segmen draging seperti movie Jepang serupa pada umumnya.
Buat nan sedang mengalami mental block alias kehilngan motivasi pribadi dalam berkarya, movie ini bisa jadi sumber inspirasi. “A Muse Never Drowns” bisa di-streaming di JJF+ Independent Cinema 2023 sejak 1 Agustus kemarin hingga 31 Oktober mendatang.
Review Film JFF+ Independent Cinema 2023 lainnya:
Lonely Glory Review: Balada Saudara, Warisan, dan Kemenangan Hening
A Girl in My Room Review: Laki-Laki Patah Hati & Hantu Perempuan nan Naif