Setiap orang tentu mempunyai peran nan datang dalam beragam kesempatan. Meski begitu, bakal ada masanya bagi orang-orang tersebut untuk mempertanyakan beragam hal, baik mengenai tujuan dirinya berada di posisi tersebut sampai ke gimana dirinya bisa jadi berada di tempat nan salah lantaran tak mempunyai kualitas diri nan diharapkan oleh orang-orang lainnya. Sekilas, perihal ini nan mau disorot pada movie ‘Barbie’ nan sedang mengudara di bioskop Indonesia.
‘Barbie’ merupakan movie drama komedi dari Warner Bros Pictures nan diarahkan oleh Greta Gerwig dan naskah dari Noah Baumbach. Berbekal bintang kenamaan Hollywood seperti Margot Robbie, Ryan Gosling, Simu Liu, Michael Cera, hingga Will Ferrell, movie nan menjadi penyesuaian mainan kenamaan dari Mattel ini bercerita tentang Barbie nan sedang menikmati hidupnya di Barbieland sebagai Stereotypical Barbie.
Suatu ketika, dia mendapati dirinya abnormal dan memaksanya untuk pergi ke bumi nyata berbareng Ken demi mengembalikan dirinya seperti semula, nan justru membawa akibat lain di dua bumi tersebut.
Narasi dalam ‘Barbie’ tersaji dalam alur linear, sehingga tak bakal ditemukan beragam trope penceritaan penuh klise seperti flashback. Tak hanya itu, dengan penyajian kisah dengan pacing yang terasa pas membikin movie ini terasa sangat mudah untuk dicerna, sehingga bakal lebih ramah bagi penonton nan apalagi tak mengenal rentetan karakter berangkaian dengan produk Barbie dan karakteristiknya.
Seperti beragam movie nan telah dibawakan oleh Greta Gerwig dan Noah Baumbach beberapa tahun ke belakang, ‘Barbie’ membawa beragam rumor dasar nan kerap muncul dalam kehidupan sosial masa kini.
Isu-isu seperti krisis eksistensi ketika seseorang merasa tidak sama dengan orang-orang di sekitarnya, patriarki nan mau mendominasi, sampai mengenai kaum minoritas nan mau memberi makna di tengah gempuran kebanyakan tersaji seiring penceritaan utamanya. Melalui rentetan rumor ini, movie seakan mau mengatakan pada penontonnya untuk meng-embrace diri sendiri meski bumi tak selamanya berpihak pada mereka.
Sebagai movie drama komedi, representasi utama pada ‘Barbie’ terdapat dalam kehangatan nuansa ceritanya. Film dari pasangan penggiat sinema ini berupaya untuk membikin ‘Barbie’ bakal mudah menyentuh beragam lapisan masyarakat melalui kisah-kisahnya.
Walau begitu, movie nan diadaptasi dari lini mainan kenamaan produksi Mattel ini tetap berupaya goofy dengan segala gimmick fantasinya, membuatnya semakin menyenangkan dengan peletakan momen nan tampak pas dan tidak mengganggu cerita utamanya.
Cr. Warner Bros.
Dengan hadirnya beragam aktor-aktris kenamaan Hollywood, ada beragam karakter nan tersaji dalam ‘Barbie’. Sajian utamanya terletak pada deretan jenis Barbie dan Ken dengan representasinya nan unik, beserta karakter lain dari bumi nyata nan mempunyai andil dalam journey Barbie dan Ken.
Terlepas dari ensemble cast yang dihadirkan, hanya eksistensi dari Margot Robbie, Ryan Gosling, serta America Ferrera nan datang dengan character development nyata. Selebihnya, kemunculan dari para karakter lain tampak tak pernah betul-betul berkembang hanya sebagai pemanis dari kisah ketiganya.
Dengan budget nan tampaknya lebih besar dibanding deretan movie lain dari Greta Gerwig dan Noah Baumbach, ‘Barbie’ menyajikan aspek teknis nan sangat memanjakan para penontonnya. Paduan color tone bernuansa pastel dan vivid diiringi dengan permainan kamera nan sangat steady, serta didampingi pula dengan scoring bertema dramatic membuat filmnya asik untuk dinikmati di layar lebar, apalagi pada studio nan tidak mengandalkan rentetan teknologi sinematik tinggi di dalamnya.
‘Barbie’ adalah movie drama komedi nan membawa penonton dalam kisah hangat mengenai self-discovery diri dalam bebatan khayalan dari lini mainan produksi Mattel.
Meski datang dengan ensemble cast yang sangat memanjakan penikmat sinema, unsur dramatis dan pembawaan rumor terkenal saat ini nan membikin filmnya sangat mudah dinikmati oleh beragam lapisan masyarakat.