“Compartment Number 6” merupakan movie rilisan 2021 nan disutradarai oleh Juho Kuosmanen, diadaptasi dari novel “Compartment No. 6” karya Rosa Liksom.
Film bergenre drama road trip ini dibintang oleh Seidi Haarla, wanita Finlandia nan kudu berbagi kompartemen kereta berbareng laki-laki Rusia, nan diperankan oleh Yuri Borislov. Film Finlandia ini berlatar di Rusia, tepatnya perjalanan kereta dari Moskow menuju Murmansk nan menyantap waktu sangat lama.
Film ini bakal mengingatkan kita pada movie drama romantis Richard Linklater pada 1995, “Before Sunrise”. Ibarat dua movie nan template-nya terlihat sama, hanya subyek dan substansinya saja nan berbeda. Meski tak ada habisnya kita bakal membandingkan movie ini dengan “Before Sunrise”, “Compartment Number 6” mempunyai muatan cerita, tema, dan hubungan dua karakter utama nan baru dan patut untuk ditonton.
Before Sunrise Versi Suram Tentang Orang-Orang Kesepian
“Compartment Number 6” adalah “Before Sunrise” dengan vodka, dua karakter utama nan kesepian, dan akomodasi kereta Rusia nan terlihat payah. Bukan perjalanan nan terlihat nyaman, apalagi romantis. Namun satu nan sama dari kedua movie road trip ini adalah topik komunikasi dan hubungan antar manusia nan dieksplorasi dari kedua karakter nan saling tidak kenal sebelumnya.
Jika Celine dan Jesse dikemas dalam movie bergenre utama romansa dan visual nan romantis, Laura dan Ljoha tidak berupaya meromantisasi pertemuan dua orang asing dalam situasi nan buruk. Celine dan Jesse bicara tentang mimpi dan hubungan mereka dipenuhi dengan aura positif, sebaliknya Laura dan Ljoha penuh penolakan dan berbedaan. Namun pada akhirnya, skenario seperti ini membuktikan gimana interkasi dan hubungan antar manusia kerap membawa kita pada perkembangan nan tidak terduga. Baik dalam skala mini alias besar, ajaib gimana setiap orang nan kita temui dalam kehidupan ini bisa meninggalkan ‘jejak’ dalam kisah kita.
Ada poin menarik nan dipresentasikan secara subtle dari karakter Laura dan Ljoha. Laura adalah seorang pelajar nan terlihat berorientasi pada masa lalu. Bagaimana dia tertarik dengan pengetahuan arkeologi, suka merekam momen dengan video recorder-nya kemudian menontontonnya kembali, serta keinginannya untuk memandang situs bersejarah, Kanozero Petroglyphs. Sementara Ljoha hanya seorang kuli tambang nan hidup dalam momen.
Interaksi nan Realistis Antara Dua Orang Asing di Kereta
Jujur saja, kemungkinannya lebih besar bagi kita untuk mengalami skenario seperti movie ini daripada “Before Sunrise” nan romantis ketika berjumpa dengan orang asing di kereta. Dari awal, Laura sudah bad mood lantaran perjalanannya tidak sesuai rencana. Laura juga tampil lusuh dan kelelahan, mungkin lebih relevan dengan kita nan juga tidak sempat tampil menawan dalam perjalanan jarak jauh. Mood-nya tidak bisa lebih jelek lagi ketika dia kudu berbagi kompartemen dengan laki-laki asing, Ljoha, nan sangat membuatnya merasa tidak nyaman. Rasa kikuk, tidak nyaman, dan kegelisahan seorang wanita ketika traveling sendirian nan diperlihatkan oleh Laura terlihat realistis.
Tidak terlalu jelas latar waktu nan digunakan dalam skenarionya, namun jelas pada masa sebelum penggunaan telepon genggam dan internet secara masal. Dimana Laura terlihat menggandalkan banyak gadget lama. Pilihan nan tepat lantaran perihal ini membikin komunikasi setiap karakter jadi lebih terbatas.
Karakter dalam “Compartment Number 6” mempunyai langkah sendiri untuk perlahan-lahan merasa dekat dengan masing-masing. Sama sekali tidak diromantisasi, hanya sesederhana kebutuhan bakal pendamping di kala sedang kesepian. Ketika manusia merasa terpojok oleh emosi kesenyapan dan kehampaan, hingga akhirnya sanggup berjuntai pada orang asing. Pesan itulah nan bisa kita ambil dari movie drama ini.
Tidak Padat Dialog Apalagi Penuh Berbincangan Filosofis
Meski dibanding-bandingkan dengan “Before Sunrise” jangan berasumsi movie ini mempunyai perbincangan nan padat dan quoteable. Sama seperti tipikal film-film indie Eropa (selain Inggris) pada umumnya, movie drama ini sangat terobesesi dengan cita rasa otentik dan presentasi slice of life. Minim dramtasir dan momen klise, Laura dan Ljoha memang menghabiskan banyak momen bersama, namun mereka tidak terlalu banyak bicara maupun berganti pikiran. Mereka hanya sesederhana itu datang untuk mengisi kehampaan satu sama lain.
Dalam beberapa segmen bisa terasa dragging dan cukup membosankan. Namun perihal tersebut bagian dari cita rasa otentik nan sepertinya memang diusahakan oleh sutradara maupun penulis naskahnya.
“Compartment Number 6” merupakan movie rilisan 2021 nan mendapatkan penghargaan Grand Prix Cannes Film Festival pada tahun nan sama. Kini sudah bisa di-streaming di Netflix buat fans movie drama bernuansa suram dan drama interkasi antar manusia nan mendalam.