Eksplorasi Pesona Kebudayaan Jepang Melalui Anime

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, anime telah melampaui statusnya sebagai intermezo semata, berkembang menjadi kejadian budaya nan menawarkan lensa memikat dalam mengeksplorasi kekayaan budaya Jepang.

Anime dikenal dengan style seni nan unik dan aliran nan beragam, sebagai sensasi dunia nan menarik para fans dari segala segmentasi usia dari seluruh penjuru dunia. Salah satunya Indonesia, menjadi salah satu negara dimana mempunyai antusiasme tinggi dalam menerima kebudyaan Jepang melalui anime maupun manga.

Dalam katalog anime, baik movie maupun serial menceritakan kisah tidak hanya tentang bumi fiksi tetapi juga tentang kompleksitas kehidupan nyata nan membentuk identitas Jepang. Bahkan pergantian musim nan dihormati dalam puisi tradisional Jepang menjadi entitas hidup dalam pemandangan unik anime.

Saat kita menjelajahi kedalaman bumi anime, kita tidak hanya menyimak narasi nan memikat, namun juga semakin dalam menyelami kebuadayaan Jepang dan jatuh cinta dengan kebudayaan tersebut.

Di kembali narasi khayalan dan karakter-karakter nan dinamis, anime telah menjadi pintu gerbang bagi penonton dari penjuru bumi mengenal kebudayaan dasar (namun esensial) Jepang. Kali ini kita bakal membahas dan menganalisa lapisan-lapisan budaya Jepang nan tercermin dalam anime, gimana corak ekspresi artistik unik ini telah menjadi gambaran sejarah, keyakinan, dan kehidupan dari negeri sakura nan semakin dunia ini.

Kebiasaan Umum dan Romantisasi Kehidupan Sekolah di Anime

Kehidupan sekolah dalam anime merupakan salah satu nan terkenal di skena penggemarnya. Baik dalam panggung khayalan nan epik seperti “Kakegurui” dan “The Melancholy of Haruhi Suzumiya”, maupun pendekatan nan lebih realistis (slice of life) seperti “Monthly Girls’ Nozaki-kun” hingga “Horimiya”, lingkungan sekolah dalam anime seringkali menjadi latar belakang nan kaya bakal interkasi sosial, pertumbuhan karakter, hingga pengalaman emosional, alias sekadar romantisasi kecerian, keseruan, dan kekonyolan kehidupan remaja Jepang.

Bahkan dalam skenario paling sederhana sekalipun, ada kebudayaan substil nan bisa kita amati dari hubungan setiap karakter. Seperti kedudukan ‘senpai‘ (kakak kelas) dengan ‘kouhai‘, alias norma dimana memanggil nama depan hanya untuk kawan nan sudah berkawan alias mengindikasikan hubungan asmara antar remaja.

Aspek-aspek lain dalam kehidupan sekolah seperti ujian, aktivitas klub, pagelaran sekolah, liburan musim panas, maupun momen kenaikan kelas alias kelulusan juga mempunyai kontribusi dalam plot untuk menciptakan momen-momen nan menggugah emosi.

Ada anime klub olahraga seperti “Free!” dan “Haikyuu!!” nan menunjukan semangat remaja menghidupi minat mereka dalam bumi olahraga. Ada juga anime seperti “K-On!”, “Sound! Euphonium”, “Hyouka”, hingga “Blue Period” nan latarnya adalah aktivitas klub. Mulai dari hubungan persahabatan dan asmara, hingga upaya mempertahankan klub nan (biasanya) terancam bercempera lantaran krisis tertentu.

Menonton anime dijamin membikin kita juga mau mengalami keseruan aktivitas klub di sekolah Jepang. Terkadang kita juga bisa menemukan anime tentang klub nan tidak pernah kita pikirkan ada.

Estetika tema sekolah Jepang bisa jadi salah satu nan paling memikat dalam segi fashion. Mulai dari presentasi model seragam, sepatu, hingga tas nan khas, banyak dari fans organisasi cosplay ahli maupun amatir merasakan keseruan tersendiri untuk tampil seperti remaja sekolah Jepang.

Eksplorasi Kesenian Tradisional Jepang Melalui Anime

Kesenian tradisional Jepang mempunyai tempat nan signifikan dalam bumi anime, telah menjadi medium perkenalan sekaligus inspirasi bagi kita nan terpikat dengan kesenian tertentu. Anime-anime ini seringkali menjadi presentasi jeli dari setiap kesenian tradisional Jepang, baik dalam level permukaan hingga nan betul-betul mau mengangkat topik kesenian tertentu secara mendalam. Anime bertema kesenian tradisional bisa berlatar di skena ahli alias kembali lagi ke aliran aktivitas klub di sekolah.

Anime bertema kesenian tradisional memberikan sekilas pandangan di bumi seni seperti kaligrafi Jepang, seni pentas, hingga apresiasi terhadap budaya sejarah. Meskipun mungkin tidak selalu menjadi konsentrasi utama, judul-judul ini bisa diandalkan sebagai jendela untuk kita nan mau memahami seni tertentu. Berikut sederet anime bertema kesenian tradisional Jepang nan bisa kita tonton:

  • Shouwa Genroku Rakugo Shinjuu: Anime dari skena josei ini mempunyai tema cerita nan cukup dewasa. Berlatar pada kehidupan seniman rakugo, dalam menghidupi seni nan menjadi minatnya, hingga kisah percintaan dan kehidupan nan dramatis. Rakugo sendiri merupakan seni membawakan cerita asal Jepang. Konsepnya cukup serupa dengan stand-up comedy, namun jangkauan genrenya lebih luas, serta presentasinya lebih kental dengan kebudayaan Jepang.
  • Barakamon: Anime nan kental dengan komponen slice of life ini bercerita tentang seorang seniman kaligrafi Jepang, Seishuu Handa. Melalui kisah Handa, kita bisa memandang intipati dan proses berpikir seorang kaligrafer Jepang dalam menemukan inspirasi. Bagaimana kehidupan berakibat padanya secara individual kemudian dituangkan melalui tinta dan kanvas.
  • Kono Oto Tomare! Sounds of Life: Belatar di klub sekolah, anime ini konsentrasi pada rutinitas dan personil klub musik koto. Koto sendiri adalah perangkat musik tradisional nan terlihat seperti kecapi.
  • Chihayafuru: Anime ini juga berlatar aktivitas klub sekolah, kali ini adalah klub karuta. Karuta adalah olahraga otak unik Jepang nan juga berasosiasi seni puisi. Dimana pemainnya memerlukan ingatan nan cemerlang, ketangkasan, serta ketahanan mental dalam menghadapi lawan.

Selain anime-anime seni di atas, maish banyak lagi judul-judul anime Jepang nan memperkenalkan kita pada bumi seni hingga olahraga tradisional Jepang seperti “Tsurune” tentang seni memanah Jepang, “Hikaru no Go” tentang permainan papan go, dan tetap banyak lagi judul-judul lain nan bisa kita temukan di skena anime.

Spirited Away

Menemukan Lokasi-lokasi Menawan di Jepang Melalui Anime

Buat kita nan familiar dengan intermezo Jepang, baik anime, film, apalagi musik, siapa nan tak mempunyai mimpi untuk mengunjungi Jepang? Sebagai salah satu negara paling terkenal sebagai tujuan wisata (bahkan sekarang sebagai tempat tinggal para content creator nan pindah dari negeri barat), anime menjadi salah satu medium nan sukses memperkenalkan keelokan pemandangan dari negara asalnya. Mulai dari estetika musim semi dengan kembang sakura nan bermekaran, liburan musim panas di Okinawa hingga Osaka, serta penampakan kuil tradisional Jepang nan khas.

Tak sedikit anime memang terinspirasi dari letak nyata di penjuru Jepang. Seperti anime action, “Durarara!!” nan memperlihatkan pesona kehidupan malam di Ikebukuro, hingga anime slice of life seperti “Non Non Biyori”, “Sakura Quest”, nan mempresentasikan visual kota nan paling sederhana sekalipun (yang apalagi tidak mempunyai banyak landmark populer), bisa menarik perhatian kita untuk mencari lokasinya.

Sementara movie anime populer, “Your Name” mempunyai landscape Tokyo nan indah, khususnya di area rural perfektur Gifu. Film drama seperti “A Silent Voice” berlatar di Kyoto, salah satu kota terindah di Jepang. Dengan pemandangan rimba bambu ikonik Arashiyama dan ketenangan kanal di Kuil Fushimi Inari. Tak ketinggalan ryokan di “Spirited Away” nan terinspirasi oleh arsitektur Jepang dengan modifikasi fantasi. Dimama diyakini terinspirasi oleh Sekizenkan Ryokan di perfektur Gunma.

Meskipun melalui presentasi animasi 2D, anime-anime ini tetap sukses menampilkan pemandangan nan immersive untuk penontonnya. Tak kalah dengan footage original (film live-action), animasi Jepang mempunyai pesona tak tertandingi dalam mempresentasikan negara Jepang nan bagus dan menawan di setiap sudutnya. Baik di keramian kota besar seperti Tokyo, hingga pedesaan nan tidak ada di daftar tujuan liburan kita sebelumnya.

Referensi dan Modifikasi Kebudayaan Jepang dalam Anime Fantasi Epik

Bahkan untuk anime-anime populer dengan tema heavy fantasy seperti “Bleach”, “Demon Slayer”, “Naruto”, “Inuyasha”, juga memancarkan kebudayaan Jepang dalam beragam aspeknya. Mulai dari kreasi karakter, referensi kebudayaan dan sejarah, maupun referensi dari mitologi alias legenda Jepang kuno. Anime seperti “Naruto” mengangkat tema kehidupan semesta ninja, kemudian ada “Rurouni Kenshin” nan berlatar kehidupan samurai di pada era Edo.

Kemudian ada anime populer, “Bungo Stray Dogs” nan mengambil referensi dari sederet penulis literasi klasik Jepang terkenal sebagai karakternya. Mulai dari Osamu Dazai, Atsushi Nakajima, Doppo Kunikida, dan tetap banyak lagi. Meski cerita utamanya sama sekali tidak berasosiasi dengan kehidupan original pada seniman tersebut, komponen tersebut memberikan inspirasi untuk kekuatan setiap karakternya dalam anime seinen ini.

Adapula anime supranatural seperti “Hozuki no Reitetsu” nan berlatar di neraka sesuai dengan gambaran mitologi Jepang kuno. Hingga nan bergenre seram dan terinspirasi oleh urban legend Jepang seperti “Yamishibai”, “Toilet-bound Hanako-kun”, “Jigoku Shoujo” dan tetap banyak lagi.

Anime mempunyai perpaduan nan sempurna antara presentasi visual animasinya nan unik dengan materinya nan tak jauh dari akar budaya negara asalnya. Anime merupakan medium seni nan dengan bangga memeluk tradisi dan budaya Jepang, semangat tersebut sangat terpancar dalam setiap karya mereka. Karena untuk mempersuai orang lain untuk mencintai kebudayaan lokal, seniman lokal terlebih dulu nan kudu mencintai kebudayaan mereka. Kemampuan tersebut merupakan kekuatan utama dari para illustrator maupun penulis cerita asal Jepang.