Eternal Sunshine of the Spotless Mind: Romance Artistik yang Penuh Filosofi

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Ada beberapa perihal nan membikin hidup jadi berantakan, salah satunya berasal dari kisah cinta nan kandas lantaran terlalu banyak luka saat menjalin sebuah hubungan. Namun, bukankah menerima kelebihan dan kekurangan pasangan adalah langkah terbaik untuk bisa terus bersama?

“Eternal Sunshine of the Spotless Mind” (2004) kurang lebih menyajikan realita kisah percintaan nan selalu mempunyai masalah, tetapi pada akhirnya ada kekuatan takdir nan bekerja melampaui pemisah pikiran manusia.

Gaya penceritaan nan unik dari Charlie Kaufman diimbangi dengan penyutradaraan eksentrik nan penuh penemuan dan manipulatif dari Michel Godry. Film dengan ensemble cast nan tidak main-main ini menampilkan kecemerlangan akting Jim Carrey, Kate Winslet, Kirsten Dunst, Tom Wilkinson, Mark Ruffalo, dan Elijah Wood.

Eternal Sunshine of the Spotless Mind

Sepasang Kekasih nan Saling Melupakan tapi Kembali Menemukan

Permulaan movie ini menampilkan pengenalan dua karakter utamanya, Clementine Kruczynski (Kate Winslet) wanita berpenampilan unik nan berbudi pekerti bebas, dan Joel Barish (Jim Carrey) sosok introvert nan canggung. Dalam perjalananan dari Montauk ke Rockville Centre keduanya saling tertarik dan sepakat untuk menjalin sebuah hubungan.

Konflik mulai terbuka saat Joel mengetahui bahwa rupanya jauh sebelum pertemuannya di kereta, keduanya adalah sepasang kekasih di masa lalu. Namun lantaran banyaknya masalah, Clementine memutuskan untuk menghapus semua memori tentang Joel dengan support firma teknologi eksperimental ketua Dr. Howard Mierzwiak (Tom Wilkinson), Lacuna Inc.

Joel nan kecewa dengan Clementine dan keadaan, memutuskan untuk melakukan perihal serupa. Ditengah-tengah proses pengosongan memori, pada akhirnya Joel menyadari bahwa segala sesuatu nan terjadi dalam hubungannya dengan Clementine tidak bisa merubah kecintaan mereka satu sama lain.

Apakah keduanya bisa saling mengingat lagi? Atau malah mencari jalan lain untuk saling menemukan?  “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” tampil menawan dan penuh teka-teki untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai movie ini berakhir.

Eternal Sunshine of the Spotless Mind

Film dengan Sajian Artistik dan Penuh Metafora

Tidak hanya membangun narasi kisah klasik tentang cinta dan takdir nan saling menemukan. “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” menjadi semakin menarik dengan plot memutar dalam perjalanan cinta Joel dan Clementine. Banyaknya absurditas segmen dan kilas kembali surealis menjadikan jalan ceritanya lebih hidup dan condong multitafsir.

Banyak analogi-analogi menarik nan ditebar sepanjang lama movie ini diputar, banyak kritikus nan terkagum-kagum dengan gimana penulis membikin metafora perbedaan warna rambut Clementine dengan pergantian musim nan merepresentasikan siklus hubungan percintaan kedua pemeran utamanya.

Hijau sebagai musim semi melambangkan hubungan nan baru mulai tumbuh, merah sebagai musim panas nan diibaratkan eratnya hubungan asmara keduanya, orange sebagai musim gugur mengikuti perjalanan pudarnya emosi cinta Joel dan Clementine, dan biru sebagai isyarat musim dingin nan bisa menjadi penghantar hubungan keduanya ke fase semula ialah seperti di musim semi. Semua perjalanan itu berputar, tetapi pada akhirnya siklus itu selalu melangkah searah menuju takdir.

Alternatif Cast nan Menghidupkan Cerita

“Eternal Sunshine of the Spotless Mind” tidak hanya terpusat pada Joel dan Clementine, ada beberapa tokoh lain nan tanpa kehadiran mereka, cerita ini mungkin lebih tawar dan berkurang prinsip uniknya.

Tokoh Dr. Howard dan dua pekerja Lacuna Inc, Stan Fink (Mark Ruffalo) dan Patrick (Elijah Wood) sukses digerakkan mengisi karakter-karakter nan menghubungkan cerita antara Joel dan Clementine, alias apalagi rahasia besar antara Mary dan Dr. Howard.

Dalam satu dua kesempatan, melalui dialog-dialog dari tokoh Mary Svevo (Kirsten Dunst) tentang kilasan hubungannya dengan Dr. Howard, ditampilkan juga beberapa penggalan pemikiran filosofis dari tokoh-tokoh terkenal bumi nan relevan dengan jalannya cerita “Eternal Sunshine of the Spotless Mind”. Seperti ilustrasi filosofis Nietzsche nan disampaikan oleh Mary:

“Blessed are the forgetful: for they get the better even of their blunders”

Ungkapan tersebut  pada dasarnya bisa menjelaskan bahwa melupakan kesalahan nan pernah dilakukan adalah sebuah keuntungan, lantaran sebagian besar orang tahu gimana sakitnya menanggung emosi bersalah seperti ikatan nan susah untuk dibebaskan.

Pada akhirnya, movie nan mendapatkan banyak review positif dari para kritikus ini layak menjadi salah satu tontonan nan bisa dinikmati diantara banyaknya cerita percintaan nan biasa-biasa saja.