Extraordinary Review: Komedi Quarter-Life Crisis dengan Gimmick Superpower 

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

“Extraordinary” merupakan serial komedi bertema superpower terbaru nan sudah bisa di-streaming di Disney+ Hotstar. Serial asal Inggris ini ditulis oleh Emma Moran.

Ketika setiap orang mendapatkan kekuatan super selain Jen (Máiréad Tyers), nan tak kunung mendapatkan kekuatan super hingga dia menginjak usia 25 tahun. Meski merasa payah dan mulai putus asa, Jen tak pernah berakhir berupaya untuk menemukan angan di tengah krisis dalam hidupnya.

Di tengah ketenaran konsumsi superhero mainstream, semakin banyak sajian bertema superhero dari perspektif pandang baru. Mulai dari romantisme karakter villain hingga satir superhero seperti “The Boys” nan terkenal beberapa tahun belakangan.

“Extraordinary” bisa dikategorikan sebagai penemuan terbaru dalam niche ini nan patut ditonton. Ibarat “The Boys” adalah satir untuk superhero Marvel dan DC, “Extraordinary” merupakan satir dari movie superhero 2000-an, “Sky High” (2005).

Jen nan Tidak Punya Kekuatan Super di Tengah Krisis Hidupnya

“Extraordinary” mempunyai segmen pembuka bagian pertama nan memberikan statement kuat pada Jen sebagai protagonis. Cukup berkesan untuk membikin penonton langsung terpikat dengan kisah Jen dalam semesta superpower nan baru. Bahwa ini adalah wanita biasa nan sedang mengalami krisis pada usia 25 tahun.

Quarter-life crisis terasa lebih berat ketika dia tidak mempunyai kekuatan super di lingkungan dimana semua orang mempunyai kekuatan super. Kita tidak perlu tinggal di semesta unik nan sama untuk memahami penderitaan emosional nan dialami Jen.

Tema superpower dalam “Extraordinary” menjadi gimmick nan fresh dalam niche ini. Bisa menjadi materi komedi maupun diaplikasikan pada rumor nan manusiawi. Terutama pada rumor quarter-life crisis. Apakah Jen kudu mempunyai superpower untuk mendapatkan kehidupan nan lebih kayak dan pekerjaan nan lebih bermartabat? Tak melulu dari perspektif Jen, kita juga bisa menganalisa problem kehidupan nan relevan pada karakter-karakter pendukung lainnya.

Ketika Memiliki Superpower Bukan Berarti Superhero

Jika semua orang mempunyai superpower, tidak ada nan memerlukan superhero. “Extraordinary” mempunyai semesta nan unik, dimana semua orang mempunyai kekuatan nan unik, namun tidak ada superhero seperti Superman alias Spider-Man untuk melindungi kota dari ancaman villain. Superpower bukan sesuatu nan besar dalam semesta ini.

Ibu Jen (Siobhan McSweeney) mempunyai kekuatan mengendalikan teknologi, namun tidak berfaedah lantaran dia gagap teknologi. Carrie (Sofia Oxenham), sahabat Jen bekerja di firma norma untuk menjadi medium arwah nan dibutuhkan dalam urusan legal, namun tetap tinggal di apartemen lusuh berbareng kekasihnya nan pengangguran.

Tidak ada nan spesial nan ketika semua orang mempunyai kekuatan, bukan? Tidak ada penjahat maupun pahlawan super dalam “Extraordinary”. Setiap orang juga tidak lepas dari problematika kehidupan, baik Jen nan tidak mempunyai kekuatan maupun karakter lain dengan kekuatan.

Materi Komedi ala Inggris nan Konyol dan Vulgar

Eksplorasi tema superpower dalam “Extraordinary” sangat out of the box dan tidak terbatas. Kekuatan untuk bisa terbang, super cepat, teleportasi, dan mengendalikan waktu pastinya sudah biasa. Dalam serial ini, ada karakter nan bisa mengubah apapun menjadi PDF, menjadi 3D printer, dan tetap banyak lagi kekuatan unik diluar logika lainnya. Bahkan banyak nan memalukan dan tidak terlalu berfaedah untuk kehidupan.

Dengan gimmick ini, “Extraordinary” bisa memberikan sajian lawakabsurd dan konyol nan mengundang tawa. Serial ini juga mengandung banyak materi lawakdewasa nan vulgar dan seronok. Namun tidak secara visual, lebih pada teori dan beberapa dialognya saja.

Buat fans komedi Inggris, tema superpower, dan isu quarter-life crisis, “Extraordinary” bisa menjadi serial dengan materi komplit terbaru nan menghibur. Durasi per bagian juga tidak terlalu panjang dan hanya terdiri dari 8 episode.