4 tahun setelah album kontroversial mereka “Mania”, Fall Out Boy (FOB) kembali dengan album kedelapan “So Much (For) Stardust”. Album ini rilis pada 24 Maret kemarin di bawah naungan Fueled By Ramen, telah disambut oleh fans dan menuai ulasan positif dari beberapa media.
Band rock asal Chicago ini telah mempertahankan pedoman fans mereka (yang juga tak kalah setia) sejak 2002, dan album ini menjadi momen kembalinya unit ini dengan rekaman nan kembali menemukan bara dan semangat seperti nan dulu kita kenal.
Patrick Stump, Pete Wentz, Joe Trohman, dan Andy Hurley telah menciptakan band nan menjadi bagian dari pengaruh luar biasa terhadap industri musik, khususnya legasi dari era rock pada era 2000an.
Satu spektrum dengan Panic! at the Disco nan telah tutup gorden dan My Chemical Romance nan sudah lama disband (meski dasawarsa ini akhirnya kembali untuk reuni). Patrick Stump dan kawan-kawannya tetap menjadi unit nan tetap merangkul nama band mereka. Semengat mereka terhadap musik tidak pernah padam dan kita semua antusias menyambut kembalinya mereka.
The Gist:
“So Much (For) Stardust” menunjukan dedikasi band nan tak tergoyahkan terhadap keahlian, saat mereka terus mengeksplorasi perpaduan unik mereka antara punk dengan sentuhan pop nan inovatif dan kreatif.
Kumpulan lagu terbaru dalam album ini terdengar membangun perkembangan musik mereka, daripada kembali ke akar-akar emo nan dikenal dari Fall Out Boy sebelumnya. Hasilnya adalah sesuatu nan familiar, namun jelas sesuatu nan baru. Rekaman ini terdengar seperti FOB nan memandang ke diskografi lama mereka.
“So Much (For) Stardust” menunjukan bahwa FOB tetap mempunyai banyak daya dan sempat mengalami kesalahan dengan ‘Young and Menace’, mereka bisa kembali ke kembali lebih kuat dari sebelumnya. Album ini mempertahankan prinsip eksperimental mereka, dengan menggabungkan senar klasik dan riff gitar nan kuat untuk menciptakan fusion nan semarak.
Sound Vibes:
“So Much (For) Stardust)” tidak memperdengarkan warna musik dari era 2000an mereka, namun semangat dari era tersebut ‘lah nan mereka bahwa kembali dalam mengkomposisi album ini. Album ini tetap mengusung kecenderungan mereka untuk mengaplikasikan paduan bunyi besar nan cocok untuk lagu-lagu stadium dan nyanyian bersama, miri dengan trilogi album sebelumnya.
Kumpulan lagu dalam tracklist terbaru ini mempertahankan sentuhan dramatisnya dengan langkah nan lebih langsung. Menciptakan kesan pagelaran langsung daripada mengadalkan trik-trik studio. Mulai dari aplikasi orkestral dengan brass nan menggugah. Hingga mixing bass dan riff gitar nan lebih mengaung, bersambut dengan dentuman drum kuat. Mengiringi vokal Patrcik Stump nan sudah sejak lama diakui sebagai nan terbaik dalam skena band rock punk.
Best Tracks:
Sejak awal, Fall Out Boy mengerti ekspektasi nan diharapkan dari mereka ketika chord piano membuka track pertama, ‘Love from the Other Side’. Lagu ini secara brilian menggabungkan karakter unik anthem dari unit ini, dengan urgensi nan memikat dan intensitas emo nan tulus dan tidak berupaya dikemas ulang.
‘Heartbreak Feels So Good’ dimulai dengan instrumen bass dengan layer synth nan berat, sebelum akhirnya mereka melompat ke tindakan utama dalam alunan rock unik mereka. Seperti menyatuhkan kemegahan “Save Rock and Roll” dengan emosi nan mengingatkan kita pada “From Under the Cork Tree”.
Dalam ‘Hold Me Like a Grudge’, Pete Wentz sebagai bassist memulai dengan nada-nada funky nan menyiapkan panggung bagi Stump untuk menyampaikan kata-kata dengan sigap di atas melodi nan bluesy. Chorus membawa seluruh daya pop-punk, dengan dentuman bass dan tepukan tangan nan membikin lagu ni mudah diingat dan lezat didengarkan. Ini adalah tipikal lagu nan bisa memberi semangat jika dibawakan saat konser.
‘What a Time to Be Alive’ memadukan gitar, synth, dan snar dengan komponen emo, pop 80an, dan funk. Ini juga menjadi salah satu track nan berkesan dari album ini. Ketika berpikir Fall Out Boy tak bakal hadirkan track nan lebih agung lagi, ‘I Am My Own Muse’ masuk dengan alunan musik orkestral bass nan sangat megah, menghidupi titel track-nya nan percaya diri.
Namun secara keseluruhan, “So Much (For) Stardust” mempunyai tracklist nan solid. Setiap track mempunyai semangat dan pesona rock-nya masing-masing. Tidak ada track nan terasa datang hanya sebagai filler track.
Album ini diakhir dengan album title track, ‘So Much (For) Stardust, track kuat nan membawa album ini berputar penuh dengan instrumental orkestra nan telah datang sepanjang tracklist. Hal ini cukup jarang bagi band nan telag berkarya selama 20 tahun untuk tetap mempertahankan bunyi mereka. Fall Out Boy telah menunjukan bahwa meskipun waktu telah berlalu, mereka tudak banyak berubah, sebaliknya, mereka telah tumbuh menjadi identitas sejati sebagai band terbaik dalam skenanya.