Foo Fighters: But Here We Are Album Review

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Semenjak memutuskan untuk membentuk Foo Fighters pada 1994, pasca tragedi Kurt Cobain nan menjadi akhir Nirvana, Dave Grohl mempunyai misi nan jelas untuk musiknya; cadas, tegar, dan memotivasi pendengarnya bahwa hari besok bakal lebih baik dari hari ini.

Grohl menjadi salah satu musisi nan tampak tegar dalam menghadapi kematian dan duka, mengubahnya menjadi materi musik sebagai penyembuh daripada sekadar curhatan nan muram. Mulai dari ‘Everlong’, lagu nan dia tulis pada titik terendahnya pada 1997. Kemudian hits lainnya seperti, ‘These Days’ dan ‘Times Like These’.

“But Here We Are” merupakan album kesebelas Foo Fighters nan diproduseri oleh Greg Kurstin. Menjadi album pertama nan diproduksi tanpa Taylor Hawkins, Dave Grohl menggambil posisi sebagai drummer dalam proses rekaman. Putri Grohl, Violet Grohl juga mengisi vokal pada track “Show Me How” dalam album ini.

The Gist:

Pada Maret 2022, fans musik khususnya fans Foo Fighters dikejutkan serta dibuat sedih dengan berita meninggalknya Taylor Hawkins setelah tampil di Lollapalooza Argentina. Ibu Grohl juga kemudian berpulang pada bulan Agustus. “But Here We Are” merupakan album nan hendak didedikasikan pada dua momen berkabung tersebut. “But Here We Are” hendak memperdengarkan kekuatan musik sebagai medium penyembuhan. Album ini adalah tentang persahabatan dan keluarga, ketegaran dan kehancuran hati.

“But Here We Are” menjadi album nan materinya dipenuh rasa berkabung, namun tidak melulu suram dan muram. Tanpa disebutkan pun, para pendengar setia dari band ini pasti bisa merasakan rasa berkabung nan tetap familiar dari family besar band ini; keluarga, member band, hingga fans mereka.

Baik sedang mendengarkan track melankolis seperti ‘Beyond Me’ dan ‘Rest’, maupun track-track dengan pesan penuh angan seperti ‘Rescued’ dan ‘But Here We Are’, rasa berkabung tetap menjadi konteks utama dalam pembicaraan dalam album ini. Karena dalam berkabung, selalu wajar untuk berduka dan depresi, namun ada saat-saat dimana kita berupaya untuk bangkit setelah menangis dan merindukan orang nan telah meninggalkan kita.

“But Here We Are” merupakan album nan menjadi tribute kehidupan bagi dua orang nan dicintai oleh Dave Grohl, Taylor Hawkins dan ibunya. Tidak pernah mengijinkan keterpurukan dan tradegi mempengaruhi prinsipnya dalam berkarya, album ini mempunyai nilai sentimental tersendiri dari Foo Fighters, serta tetap menunjukan semangat pejuang dari setiap member band ini.

Sounds Vibes:

Kalau bicara tentang warna musik rock Foo Fighters, band angkatan 90an ini tetap menjadi salah satu nan konsisten dalam menciptakan komposisi dan aransemen. Band ini juga menjadi salah satu nan tetap produktif, relevan, dan mempunyai fanbase setia pada era musik baru dengan trend baru. Hanya saja “But Here We Are” tidak secadas dan catchy seperti album-album baru sebelumnya, dimana Grohl dan kawan-kawan lebih banyak bersenang-senang dalam alunan musik rock n’ roll.

Album ini memperdengarkan musik-musik alternative rock nan teknikal. Dengan ketukan-ketukan drum dan alunan gitar nan diracik lebih variatif dalam satu komposisi. Setiap track tidak terlalu mengandalkan hook, lantaran kita semua lebih konsentrasi pada pesan dan lirik nan mau disampaikan oleh band ini.

Track seperti ‘Rescued’, ‘Under You’, ‘But Here We Are’, menjadi track up beat dengan melodi-melodi grunge pop, rock nan bright. Namun lebih banyak track mellow grunge rock seperti ‘The Glass’, ‘Beyond Me’, hingga ‘Rest’.

Best Tracks:

Cukup susah memilih beberapa saja lagu terbaik dari album ini, lantaran setiap track dalam “But Here We Are” mempunyai pesan, charm, dan emosi nan saling melengkapi dalam payung tema masa berkabung. ‘Rescued’ merupakan lagu nan Grohl tulis tak lama setelah Hawkins berpulang. Lagu nan juga menjadi single pertama ini adalah tentang move on dari tragedi dan permohonan untuk diselamatkan.

Kemudian ada title song, ‘But Here We Are’ merupakan salah satu lagu nan powerful. Tipikal track Foo Fighters dengan lirik nan repetitif seperti chanting, dibawakan dengan vokal Dave Grohl nan berteriak. Lagu ini membikin pendengarnya merinding, terutama ketika lirik ‘but here we are’, nan terdengar seperti deklarasi dari Foo Fighters.

‘Hearing Voices’ menjadi track nan terdengar suram, dengan aransemen musik nan multi-effect, terutama pada instrumen gitarnya, nan mengalami transisi mood mulus. Lagu ini menjadi nyanyian kangen untuk orang nan kita cintai dan telah berpulang, merindukan untuk mendengarkan bunyi mereka lagi. ‘Beyond Me’ dan ‘Rest’ juga menjadi track slow rock nan berkesan, bicara tentang kepasrahan dalam menghadapi kematian.

‘Show Me How’merupakan track dengan aransemen rock nan mempunyai komponen dreamy. Dalam lagu ini, Dave Grohl menyanyi berbareng dengan putrinya Violet. Dimana keduanya menyanyi dengan harmoni nan menyejukan, bunyi Violet terdengar lembut, sementara ini menjadi momen Grohl menyanyi dengan nada rendah.

Kita bisa merasakan seberapa cintanya Dave Grohl pada sang ibu, Virginia Grohl, dalam track 10 menit, ‘The Teacher’. Ibu menjadi sosok pembimbing sepanjang hidup Dave Grohl, namun pada akhirnya, tidak ada nan bisa mengajarkan padanya gimana menghadapi kesedihan ketika ibunnya berpulang.

Pada akhirnya, Dave Grohl berbareng Foo Fighters baru saja menghadapi kehilangan besar, namun “But Here We Are” menjadi deklarasi nan menyembuhkan duka fans dan memberikan rasa tenang pada penggemarnya. Bahwa apalagi setelah semua nan terjadi, mereka tetap di sini. Tak mengubah sikap mereka nan selalu positif dan tegar dalam menghadapi tragedi, tak menyerah pada kesedihan dan depresi, tetap menyenandungkan musik nan memberikan angan bakal hari besok nan lebih baik.