Ketika Berhenti di Sini: Seni Merelakan Kehilangan

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Layaknya konsep hidup dan mati, manusia nan tetap hidup mau tidak mau bakal berhadapan dengan kematian, entah pada dirinya alias pada manusia-manusia lain nan dekat dengannya. Akan tetapi, berbeda dengan kelahiran nan dapat datang sesuai ekspektasi, kematian justru muncul tanpa memandang kita siap alias tidak dalam menghadapinya. Mudahnya, premis tersebut datang dalam movie ‘Ketika Berhenti di Sini’.

‘Ketika Berhenti di Sini’ merupakan movie drama dari Sinemaku Pictures dan Legacy Pictures nan menjadi movie kedua pengarahan Umay Shahab setelah ‘Kukira Kau Rumah’.

Ketika Berhenti di Sini

Membawa kembali Prilly Latuconsina sebagai pemeran utama serta didampingi Bryan Domani dan Refal Hady, movie ini bercerita tentang Dita nan kudu sekali lagi kehilangan Ed nan dia sayangi lantaran kecelakaan, setelah beberapa tahun ke belakang ayahnya meninggal dunia. Kala Dita berupaya untuk merelakan kepergian Ed, dia mendapatkan kaca mata canggih peninggalan Ed, membawanya larut dalam khayalan dan perlahan mempengaruhi orang-orang sekitarnya.

Narasi dalam ‘Ketika Berhenti di Sini’ melangkah dalam alur maju nan linear, sehingga bibit-bibit cerita sebenernya sudah ditanam sejak menit awal movie bergulir. Akan tetapi, naskah nan digarap oleh Umay Shahab berbareng Alim Sudio dan Monty Tiwa ini dalam beberapa momen memberikan minor flashback yang diposisikan untuk menampilkan kenangan Dita pada orang-orang nan telah meninggalkannya sekaligus menjadi pemicu duka seiring penceritaannya.

Seperti pendahulunya, movie kedua Sinemaku Pictures ini mempunyai plot yang tergolong mudah untuk dipahami meski tema utamanya terasa mempunyai berat lebih besar.

Seiring jalannya kisah, ‘Ketika Berhenti di Sini’ membawakan banyak perihal nan tersaji di depan mata penonton. Layaknya ‘Kukira Kau Rumah’, movie ini bakal memfokuskan dirinya pada perjalanan diri dalam melanjutkan hidup kala seseorang kudu berhadapan dengan hilangnya orang lain nan dia sayang, entah nantinya bakal bisa menerima alias justru semakin larut dengan duka mengenai perihal tersebut. Meski duka tersebut seakan hanya berakibat pada diri sendiri, perlahan tapi pasti duka ini bakal memberikan pengaruh pada orang-orang sekitar, baik nan menuntut kita untuk move on bahkan sampai nan bersikeras untuk mendampingi pihak nan bersungkawa tersebut. Ini nan membikin movie dari Umay Shahab tampak lebih dekat dengan penonton.

Ketika Berhenti di Sini

Meski tetap berupaya untuk poetic seperti ‘Kukira Kau Rumah’, ‘Ketika Berhenti di Sini’ mau membawa poetry dalam kisahnya dengan menyematkan beragam komponen modern nan datang saat ini, utamanya dengan kecanggihan teknologi seperti artificial intelligence dan augmented reality nan datang dalam plot utama movie ini. Representasi tersebut tentunya bakal membikin penonton mudah membandingkannya dengan ‘Her’ nan dibintangi Joaquin Phoenix nan banyak bermain dengan ragam corak duka dan kehadiran teknologi di tengah-tengahnya.

Selain Prilly Latuconsina, ‘Ketika Berhenti di Sini’ menghadirkan ragam cast ternama seperti Bryan Domani, Refal Hady, Lutesha, Sal Priadi, Cut Mini, Indra Brasco, hingga Widyawati Sophiaan dalam kisahnya. Akan tetapi, tampaknya hanya Prilly Latuconsina nan membikin kisah dalam movie ini menjadi hidup, dengan para pemeran lainnya datang sebagai pemicu duka nan dialami karakter Dita semata.

Dita dibawakan dengan baik oleh Prilly Latuconsina, komplit dengan backstory yang mumpuni dan pembawaan nan bisa menampilkan ragam emosi dengan gemilang. Selebihnya, terlepas dari penampilan menggugah dari cast lainnya, minimnya screen time serta sedikitnya info mengenai latar belakang dari beberapa karakter krusial nan mereka perankan membikin eksistensinya hanya dihadirkan untuk menguatkan Dita hingga akhir durasi.

Dengan budget nan tampak lebih besar dibanding movie sebelumnya, ‘Ketika Berhenti di Sini’ datang dengan teknis nan lebih mumpuni. Selain sinematografi nan didominasi pergerakan shaky sebagai corak ombang-ambing emosi Dita serta scoring penuh kesenduan, movie ini menghadirkan visual effect ala film-film bertema teknologi untuk mengakomodasi ceritanya. Selain itu, pilihan soundtrack yang didominasi lagu-lagu indie local juga membuatnya bakal mudah menyentuh kawula muda Indonesia.

‘Ketika Berhenti di Sini’ membawa penonton dalam perjalanan seseorang nan kudu berhadapan dengan duka dan perlahan berupaya menjalani hidup sembari merelakannya.

Meski datang dengan teknis nan lebih mumpuni dan akting Prilly Latuconsina nan juga menawan, rentetan karakter nan dihadirkan dengan minim motif membikin eksistensi mereka tak lebih dari sekadar batu loncatan bagi karakter utama untuk berkembang menghadapi kenyataan.