Lonely Glory: Balada Saudara, Warisan, dan Kemenangan Hening

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

“Lonely Glory” merupakan film drama Jepang pengarahan Sakon Keitaro, naskah dia tulis berbareng Uraki Harumi. Dibintangi oleh Morita Kokoro sebagai Haruka, serta Nakamura Eriko, Nakazaki Haya, dan Kumano Yoshihiro.

Haruka menjadi karakter titular dalam kisahn ini. Meskipun menjadi anak wanita paling muda di keluarganya, Haruka adalah wanita pekerja keras, mandiri, dan ambisius.

Ketika mundur dari pekerjaannya lantaran skandal perundungan nan ditujukan padanya, kebetulan kerabat memberi berita bahwa ibu mereka telah meninggal. Meski telah meninggalkan rumah dan toko kelontong keluarganya selama bertahun-tahun, Haruka mengerahkan beragam langkah untuk meyakin ketiga kerabat mereka menjual properti tersebut, agar dia bisa memulai upaya baru dengan duit warisannya.

Lonely Glory

Misi Haruka Meyakin Ketiga Saudaranya untuk Menjual Properti Keluarga

Objektif dari movie berdurasi 82 menit sangat jelas. Mulai dari prolog sudah to the point. Pertama, kita bakal diajak kenalan singkat dengan Haruka. Sosok wanita muda nan terlihat gemilang, mandiri, dan bermulut tajam. Bukan lantaran dia jahat, dia hanya pribadi nan tidak suka bertele-tele, cekatan, namun juga tidak peka dengan emosi orang di sekitarnya. Konflik langsung diperlihatkan gimana sifatnya nan tajam tersebut juga menjadi pedang bermata dua untuk karirnya.

Hingga akhirnya menimbulkan masalah, kemudian kesempatan untuk Haruka keluar dari masalah; menjual properti family dan menggunakan uangnya sebagai modal bisnis. Namun dia kudu bisa meyakinkan ketiga saudaranya nan selama ini tetap tinggal di sana. Kakak tertuanya nan mau melanjutkan upaya keluarga, kakak wanita tengah nan mempunyai trauma, dan satu lagi kakak laki-lakinya nan penganguran.

Sepanjang movie kita bakal menyimak upaya Haruka karakter nan paling mendominasi lepas dari posisinya sebagai adik termuda. Sifatnya nan lugas dan tegas, menjadi penggerak plot di sekitar karakter pendukung nan terlihat lebih lambat dalam mengambil tindakan. Haruka jelas menjadi pusat dari cerita, nan mempunyai goal di sini. Namun apa sepadan dengan hasilnya? Baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Ini menjadi skenario eksplorasi ambisi dan kemenangan nan sangat subtle, tidak terlalu susah dipahami jika disimak dengan baik.

Dinamika Empat Bersaudara Disfungsional nan Otentik

Ibarat Haruka adalah ‘pahlawan’ dengan misi, ketika saudaranya adalah sederet misi nan kudu dia tuntaskan untuk mencapai tujuannya utamanya; menjual properti warisan keluarga. Ini seperti memandang drama pembagian warisan setelah orang tua meninggal nan pasti dialami oleh banyak orang. Eksekusinya tidak terlalu dramatis, terlihat sangat otentik dan realistis. Namun tetap menarik lantaran Haruka adalah protagonis nan proaktif.

Di satu sisi, Haruka memang terlihat seperti kerabat nan mendorong setiap kerabat untuk kelanjutan hidup saudara-saudaranya nan tak pernah meninggalkan rumah masa mini mereka. Namun kita tahu juga bahwa Haruka mempunyai tujuannya sendiri dengan setiap upaya nan dia lakukan, dimana sifatnya cukup egois.

Keempat kerabat ini adalah potrait dari kerabat nan tidak terlalu dekat satu sama lain. Seakan mempunyai kehidupan sendiri dan tidak mempunyai kesukaan untuk menjalin hubungan nan lebih dekat, apalagi setelah orang tua mereka tiada. Dinamika kerabat nan semi-disfungsional ini terasa lebih otentik dengan kelebihan dan kekurangannya. Mereka jelas tidak akur, namun juga tidak bisa tidak memikirkan kelanjutan hidup masing-masing setelah ada perubahan besar dalam hidup mereka.

Tipikal Film Drama Kehidupan Jepang nan Terlalu Sunyi

“Lonely Glory” merupakan tipikal movie drama kehidupan Jepang nan sangat sunyi. Minim musik latar, sinematografi standar, dan minim bentrok nan terlalu dramatis. Bukan selera semua penikmat film, namun bisa jadi cukup menghibur untuk fans sajian slice of life nan familiar dengan niche sinema Jepang seperti ini. Latar movie kebanyakan di toko kelontong di pemukiman warga, serta wilayah perkebunan pinggir kota nan tenang. Film ini mempunyai kreasi produksi nan sangat minimalis.

Kekuatan utama dari “Lonely Glory” adalah penampilan Morita Kokoro sebagai Haruka nan dibekali dengan penokohan kuat. Serta dinamika nan dieksekusi dengan karakter pendukung lainnya, ialah ketiga saudaranya. Naskah tidak terlalu memberikan kesempatan bagi setiap karakter untuk tampil emosional, dimana begitulah steriotip dari orang-orang Jepang dengan ekspresi subtle mereka.

Tidak bisa dibilang sempurna, naskah terlalu sunyi dan tetap meninggalkan misteri untuk backstory dari karakter pendukung nan cukup membikin penasaran. Namun naskahnya terlihat memang sangat konsentrasi pada Haruka.

Secara keseluruhan, “Lonely Glory’ merupakan movie drama kehidupan nan sangat niche dalam skena sinema Jepang. Mungkin hanya memikat penikmat movie nan familiar dalam skena eksekusi seperti ini. Namun, bisa jadi membosankan bagi nan tidak terlalu menikmati movie drama nan terlalu tenang tanpa bentrok dan babak penutup dramatis. Masih banyak waktu untuk bisa streaming “Lonely Glory” di JFF+ Independent Cinema 2023 hingga 31 Oktober mendatang.