Maniac Review: Angkat Isu Kesehatan Mental dalam Latar Fiksi Ilmiah Imajinatif

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

“Maniac” (2018) merupakan miniseries Netflix Original oleh Cary Joji Fukunaga dan Patrick Somerville. Sebagai salah satu miniseries nan cukup underrated di platform ini, serial bergenre dark comedy dengan latar fiksi ilmiah ini sebetulnya bertabur bintang Hollywood. Dibintangi oleh Jonah Hill dan Emma Stone, ada pula Sonoya Mizuno, Sally Field, Justin Theroux, dan Julia Garner.

Annie Landsberg dan Owen Milgrim adalah dua orang asing nan berjumpa dalam uji coba medis di Neberdine Pharmaceutical Biotech (NPB). NPB sedang mengembangkan metode dan obat pengobatan penyakit mental terbaru. Melalui pil dan perangkat simulasi, Annie dan Owen terus menemukan langkah mereka untuk berjumpa dalam petualangan simulasi fiksi ilmiah nan penuh dengan kejutan dan eksplorasi keadaan mental mereka.

Sama seperti kebanyakan serial drama komedi, “Maniac” menggunakan konsep naskah nan eksentrik sebagai rebound pada pembahasan topik nan serius, dalam skenario ini adalah rumor kesehatan mental.

Maniac

Owen Pengidap Skizofrenia dan Annie nan Memiliki Trauma Mendalam

Owen lolos untuk mengikuti uji coba NPB lantaran skizofrenia-nya. Sementara Annie tidak cukup ‘sakit’ untuk menjadi subyek uji coba metode pengobatan NPB, lantaran dia hanya menderita trauma setelah adik perempuannya meninggal dalam tragedi nan menghantui Annie setiap saat, selain setelah dia meminum pil nan diproduksi oleh NPB.

Melalui skenario ini, “Maniac” mengangkat topik nan menarik untuk didiskusikan tentang kesehatan mental; pada taraf apa seseorang didiagnosis mempunyai gangguan mental?

Tak hanya membahas drama mengeksplorasi keadaan karakter nan mempunyai gangguan mental, serial ini juga membikin kita mempertanyakan metode medis nan selama ini kita yakini di bumi nyata untuk membantu pasien gangguan mental. Apa betul hanya dengan pergi ke psikiater masalah kita bisa langsung selesai? Apa obat-obat nan diresepkan oleh psikiater bisa manjur? Apa sebetulnya nan dibutuhkan untuk menyembuhkan orang dengan gangguan mental?

Pertanyaan-pertanyaan nan cukup provokatif ini lebih luwes dibahas dengan genre sci-fi sebagai area nyaman bagi kreatornya untuk mencurahkan pemikiran menarik mereka. Tanpa kudu dibebani dengan pakem-pakem medis di realita.

Maniac

Angkat Isu Kesehatan Mental dalam Latar Fiksi Ilmiah Imajinatif

“Maniac” pada akhirnya paling konsentrasi dalam mengeksplorasi keadaan mental, psikologi, dan beragam peristiwa dalam hidup mereka nan membawa mereka pada titik ini; mengalami gangguan mental. Mulai dari latar belakang family Owen, tragedi nan menjadi sumber trauma Annie, hingga hubungan tidak terduga dari dua karakter utama ini. Semuanya dipresentasikan melalui sekuen fantasi, fiksi ilmiah, drama, komedi, hingga action dengan simulasi sebagai mediumnya.

Jika dibandingkan dengan tontonan masa sekarang nan populer, bisa disandingkan dengan “Everything Everywhere All at Once” (EEAAO). Sebetulnya mempunyai problem dan bentrok kehidupan sehari-hari nan umum, namun penulis dan sutradaranya memilih untuk memberikan presentasi nan lebih kreatif, eksentrik, dan semarak untuk mendapatkan perhatian penontonnya.

Baik EEAAO dan “Maniac” sama-sama membahas krisis kehidupan dan sama-sama tampak unik dalam presentasinya. Namun, tidak sekadar absurd dan aneh, tetap ada intipati nan relevan dengan realita ketika penonton menyimak dengan seksama.

“Maniac” berlatar di New York masa depan, dengan papan iklan neon dimana-mana, hologram, hingga robot mini pembersih jalanan. Lebih spesifik lagi post-futuristic, lantaran daripada kota futuristik nan minimalis dan serba baru, latar serial memperlihatkan bahwa peradaban futuristik di skenario ini telah menjadi bagian dari peradaban manusia untuk waktu nan lama. Teknologinya sudah mutakhir, namun ada gadget hingga letak pada latar nan terlihat usang. Terlihat lebih otentik, bukan semesta futuristik nan terlalu bersih dan terlihat palsu.

Chemistry Jonah Hill dan Emma Stone nan Fleksibel dan Unik

Jonah Hill dan Emma Stone mempunyai chemistry nan menarik dalam “Maniac”. Kapan terakhir kali kita memandang dua karakter wanita dan laki-laki dalam serial mempunyai hubungan nan dekat tanpa sentuhan romantis? Owen dan Annie bisa menjadi apapun dalam “Maniac”, namun ada chemistry unik nan selalu ada di antara mereka berdua, apapun skenarionya.

Kita bakal memandang Hill dan Stone sebagai pasangan suami istri dari era 80an, pencuri nan saling berbeda dari era 40an, penyihir dan peri dalam latar khayalan nan terlihat seperti “Lord of the Rings”, hingga mata-mata CIA dan diplomat Islandia dalam situasi darurat. Mereka menjadi pasangan, musuh, sahabat, apalagi orang asing, namun selalu mempunyai ragam hubungan nan menarik dalam setiap simulasi.

Kita tidak perlu bertanya apa mereka adalah bagian jiwa alias dua subyek dengan gelombang nan sama dalam simulasi, kita hanya tahu keduanya menjadi pendamping satu sama lain nan akhirnya menjadi ‘obat’ bagi gangguan mental mereka. Interaksi dan hubungan nan sehat adalah obat sesungguhnya.

Secara keseluruhan, “Maniac” merupakan salah satu hidden gem nan awet berdomisili di Netflix hingga saat ini. Semakin jarang sajian original belakangan ini, “Maniac” merupakan salah satu nan paling original. Bisa jadi tontonan khayalan penuh petualangan khayalan sekaligus psikologis nan menarik untuk dialami. Ketika bicara tentang rumor kesehatan mental menjadi sesuatu nan susah dan berat, sajian drama komedi seperti ini bisa menjadi medium pengganti nan lebih menarik.