Menjelajahi Keindahan Nusa Penida Island

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Pagi itu mendung saat rombongan kami sampai di pelabuhan Sanur. Suatu kehormatan bagi saya mewakili Cultura diajak Adiwana Hotels and Resorts berpetualang ke Nusa Penida. Ini adalah kali pertama saya menuju pulau itu. Excited, meskipun mendung dan hujan rintik sempat memengaruhi mood.

Nusa Penida adalah bagian dari Bali paling tenggara nan dipisahkan oleh Selat Badung. Sebuah pulau nan bertetangga dengan Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Pariwisata Nusa Penida cukup meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, tentunya sebelum pandemi melanda. Untuk menuju Nusa Penida bisa diakses melalui fast boat maupun kapal ro-ro dari beragam pelabuhan di Bali. Hari itu kami naik fast boat, selama 30 menit perjalanan.

Waktu itu air cukup surut, membikin kapal nan kami tumpangi tidak bisa bersandar di dermaga. Kami pun kudu pindah ke perahu sekoci nan lebih mini agar bisa mencapai tepian. Sampai di pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida, mobil minibus sudah siap menjemput rombongan kami. Dua puluh menit perjalanan menuju tujuan kami; Adiwana Warnakali.

 adiwana warnakali resort

Adiwana Warnakali Resort (Photo via Press)

Sampai di tujuan, saya cukup terkesan. Tempat ini bagai sebuah kemewahan di tengah kesederhanaan. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Lokasinya “bergantung” di sebuah tebing nan langsung menghadap ke laut tenang, nampak pulau Bali dari kejauhan. Cocok buat mereka nan mendambakan ketenangan. Bukan soal tempat dan fasilitasnya nan super mewah, namun pemandangannya nan sangat mewah!

Warnakali resmi masuk dalam management Adiwana Hotels and Resort dan launching pada 1 September 2020. Sebuah resort bintang 4 nan menawarkan konsep hideaway dengan beachfront view sebagai andalannya. Juga terdapat Tejas Spa nan siap memanjakan kita dengan beragam pilihan treatment nan menjadi pengharmonisan daya di pulau ini. Adiwana Hotels and Resorts sendiri konsentrasi pada traveler generasi milenial, dengan beragam pilihan koleksi hotel dan resort-nya di Bali.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta

I Nyoman Suwirta (Bupati Klungkung)

Kami disambut para staff nan menyuguhkan welcome drink dan mempersilahkan check-in di bilik masing-masing. Kami bergegas berganti baju batik. Hari itu ada kunjungan dari Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta. Secara administratif pulau Nusa Penida tetap berada di bawah wilayah pemerintahannya, maka beliau menyempatkan berkunjung. Beliau banyak menyampaikan progress dan rencana pembangunan Nusa Penida, termasuk perbaikan prasarana untuk peningkatan kualitas penunjang pariwisata.

Adiwana Warnakali Bali

Menikmati dessert di Adiwana Warnakali (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Kami kembali ke bilik untuk berganti baju santai, tak lama petualangan kami pada hari itu bakal dimulai. Lagi-lagi bilik kami mewah, cukup luas dan nyaman, komplit dengan anjungan beachfront view-nya. Terdapat 15 suites dengan anjungan seperti ini. Interiornya kombinasi warna natural laut; tembok bilik putih dan bilik mandi berwarna biru laut. Ada aksen kayu pada lemari dan hiasan tiga buah dayung perahu jejak di tembok nan semakin melengkapi nuansa baharinya; nautical look.

Adiwana Warnakali Resort

Adiwana Warnakali (Photo via Press)

Lalu kami bersiap pergi. Tujuan kami adalah area barat; Kelingking Beach, Broken Beach dan Angel’s Billabong. Sepanjang 40 menit perjalanan, mobil nan kami tumpangi sering berhadapan dengan mobil lain. Saya kagum dengan skill menyetir driver-driver ini, jalannya sangat sempit, membikin kendaraan sering kali kudu sangat mepet ke lembah nan berkelok, namun para driver ini sudah lihai. Jalanan di Nusa Penida cukup ekstrim, sempit, naik turun, berkelok dan bergelombang. Menambah komplit nuansa hideaway kehidupan di sebuah pulau.

Kelingking Beach Bali

Kelingking Beach (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Kelingking Beach adalah nan pertama kami datangi. Pantai nan terkenal dengan punggung tebing kapurnya nan ikonik. Air lautnya berwarna tosca dengan pasirnya nan putih, sungguh menawan! Jalan ke bawah menuju pantainya cukup curam, namun ada pagar pembatas kayu di kiri-kanannya. Kami mengisi memori kamera dengan berpotret sampai tiba waktu untuk pindah ke tujuan selanjutnya; Broken Beach dan Angel’s Billabong, sekitar 20 menit perjalanan.

Broken Beach

Broken Beach (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Broken Beach adalah sebuah ngarai tebing kapur berbentuk melingkar. Orang lokal menyebutnya pantai Pasih Uug. Uniknya, ada rongga besar di tembok tebing nan mirip sebuah goa. Air masuk dari laut lepas dengan gelegar bunyi deburan ombaknya dari sini. Cuaca cerah sore itu, terik mentari nan mulai condong ke arah barat membikin keringat mulai mengucur, dan menambah semangat petualangan hari itu.

Angel’s Billabong

Angel’s Billabong (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Tak lama kami beranjak ke Angel’s Billabong nan tetap berada dalam satu kawasan. Cukup melangkah kaki saja. Billabong alias Oxbow Lake adalah muara sungai buntu nan membentuk genangan sebuah ceruk berisi air, seperti waduk mini. Kata Billabong berangkat dari kultur Aborigin, Australia, lantaran di sana banyak kejadian ini. Di Angel’s Billabong pun demikian, “billabong para bidadari” adalah sebuah ceruk berisi air laut di tengah tebing tepi laut. Airnya jernih, berwarna hijau-kebiruan. Jika ombak tidak cukup besar untuk meluap, visitor dapat berenang di ceruk ini.

Petualangan kami sore itu bermuara di Amok Sunset Bar and Restaurant. Setelah perjalanan seharian dan menyisir area barat Nusa Penida, tibalah kami di tempat ini. Sesuai namanya, tempat untuk menikmati sunset. Lokasinya tetap di area tebing dengan pemandangan laut dan Nampak pulau Nusa Ceningan di seberangnya.

Amok Sunset Bar

Amok Sunset Bar (Photo via Press)

Konsep arsitekturnya natural, berbahan kayu dan bambu berbentuk segitiga nan merupakan refleksi penghargaan terhadap lingkungan; menikmati indahnya pemandangan dan menawarkan pengalaman seharian. Ada tiga tower setinggi 3 meter di dalamnya nan merupakan VIP table berbentuk “bale-bale” dalam bahasa Bali. Pengunjung dapat menikmati sunset di sini dengan titik nan lebih tinggi dan view 360 derajat. Di perspektif menghadap ke laut, ada bangunan bambu menyerupai deck kapal dimana visitor bisa berpotret sembari menikmati sunset.

Sungguh beruntung sore itu, mulai siang mentari berubah cerah. Kami dapat menikmati sunset sempurna dengan bersantai di kolam renang nan menghadap lautan sembari menikmati cocktail sampai tiba waktu dinner. Adalah Blaise Jaeger, si empunya Amok Sunset sekaligus Adiwana Warnakali. Pria Prancis ini adalah sosok nan humble.

Blaise Jaeger

Mr. Blaise Jaeger

Amok Sunset Bar and Restaurant nan menawarkan ragam menu dinner dengan pilihan beragam, begitu juga dengan cocktail dan mocktail. Pilihan menunya merupakan perpaduan hidangan internasional nan mengangkat bahan lokal segar. Malam itu kami kembali ke Adiwana Warnakali, perjalanan berkesan seharian nan cukup menguras tenaga hingga saya tidur pulas.

Adiwana Hotels and Resorts

Floating Breakfast (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Besok paginya selesai breakfast, petualangan hari kedua kami menyisir area timur. Berangkat jam 9 pagi, tujuan pertama kami adalah Diamond Beach. Salah satu pantai nan cukup terkenal di kalangan para traveler. Satu jam lebih perjalanan ditempuh menyisir pantai utara dan timur Nusa Penida. Sepanjang perjalanan nampak area budidaya rumput laut dari kejauhan. Para petani membikin pembatas dari kayu dalam petak-petak nan terisi rumput laut di dalamnya.

Pool Floating Breakfast

Pool Floating Breakfast (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Sebenarnya Diamond Beach bersenggolan punggung dengan Atuh Beach, tetap dalam semenanjung nan sama. Namun kami memilih Diamond Beach nan akses jalannya lebih “liar”. Diamond Beach adalah gugusan karang besar tepisah dari pulau utama nan berbentuk prisma bak batu berlian. Dari atas pemandangan sudah menyihir kami, spektakuler!

Diamond Beach

Diamond Beach (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Kami memutuskan turun melewati trap pahatan tebing batu kapur. Semakin lama jalannya semakin menyempit, apalagi ada tali untuk memudahkan kita mendaki. Sepanjang perjalanan tak lupa kami berpotret di tepi tangga turun dengan latar belakang kerucut diamond karang. Sampai di bawah pantai pasir putih menyambut. Deburan ombak pasang menemani kami menghabiskan waktu beberapa saat. Di sana juga terdapat ayunan dan beberapa spot foto “kekinian” nan lazim kita temui di akun media sosial para travel influencer.

Perjalanan naik tak kalah seru, kami kudu memanjat bebatuan kapur dengan menggunakan tali. Trap tangga nan cukup panjang membikin tak sedikit dari kami nan terengah dan rehat mengambil napas. Saat itu mentari tepat berada di atas kepala, panas dan keringat mengucur cukup deras. Petualangan ini adalah salah satu akomodasi nan ditawarkan, nan sayang jika dilewatkan saat kita berjamu ke Nusa Penida.

Gunung Agung

Gunung Agung terlihat dari anjungan Adiwana Warnakali (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Dari Diamond Beach kami kembali ke Adiwana Warnakali setelah singgah untuk makan siang. Dari arah barat, Gunung Agung terlihat sangat jelas, ini momen langka. Seringkali Gunung Agung hanya terlihat setengahnya saja lantaran puncaknya selalu diselimuti awan.

Sorenya, pada waktu sunset kami sudah bersiap untuk cocktail party di area kolam renang. Kolamnya tepat berada di depan restoran, dengan beachfront view dan semilir hembusan angin pantainya. Langit tetap cerah, apalagi saat itu kami dapat memandang puncak pegunungan Jawa Timur di sisi barat, seperti puncak Gunung Ijen, Raung hingga Semeru. Tak lama sekawanan lumba-lumba berenang dengan anggun tak jauh dari bibir pantai di bawah mentari nan semakin tenggelam. Menurut kepercayaan lokal, kondisi semacam ini adalah anugerah.

Adiwana Warnakali Resort

Adiwana Warnakali Resort (Photo via Press)

Pagi itu adalah hari terakhir kami di Nusa Penida. Agendanya hanya menyelam lampau kembali ke Bali daratan. Setelah sarapan kami bergegas menuju kolam latihan menyelam. Konsepnya infinity pool, langsung menghadap ke lautan. Ruang utama kolam ini sedalam 3 meter, namun ada level nan lebih dangkal untuk pre-sessionnya. Dua orang pembimbing berkebangsaan Prancis, Loic dan Marion telah bersiap di ruang kelas untuk untuk menyampaikan materi dasar. Setelah itu kami kembali ke kolam, Loic dan Marion telah siap dengan peralatan selam kami. Mereka berdua menjelaskan gimana langkah menggunakan peralatan hingga segala macam teknisnya.

Hal pertama nan paling susah buat saya adalah mengatur napas. Karena normalnya kita bernapas lewat hidung, perlu penyesuaian untuk memindahkannya 100% ke mulut melalui regulator sesuai dengan teknis dasar menyelam. Beberapa kali saya kandas hingga air masuk ke mulut/hidung, namun setelah beradaptasi akhirnya berhasil. Selanjutnya adalah membiasakan diri mengatur tombol pengatur daya apung; Bouyancy Compensator Device (BCD). Alat inilah nan dapat mengatur kita mau mengapung alias tenggelam, tergantung dari banyaknya udara nan kita supply ke dalam rompi apung/bladder. Meskipun sempat panik dan gugup, akhirnya saya sukses menyelam tingkat dasar.

diving di nusa penida

Belajar Diving (Photo: Dicky Bisinglasi/Cultura)

Adiwana Warnakali mempunyai Warnakali Dive Center, sebuah akomodasi Development Dive Resort by Professional Association of Diving Instructors (PADI) nan bersertifikasi 5-star Instructor. Artinya, tidak hanya menawarkan PADI courses dan Safari Scuba Diving, tapi juga menawarkan PADI Development Courses bagi level instruktur. Aktivitas scuba diving punya banyak tingkatan dan semuanya kudu tersertifikasi. Tidak sembarangan untuk bisa berenang di laut lepas, kudu menempuh sertifikasi Open Water Diver.

Ada emosi senang setelah sukses melalui tahap dasar dengan sertifikasi Discover Scuba Diving. Membuat saya mau menempuh sertifikasi selanjutnya sebagai pengganti kegemaran baru. Hari itu setelah makan siang kami berkemas dan menuju pelabuhan Toya Pakeh untuk kembali ke Bali. Sebuah pengalaman nan tak terlupakan.