Pandemi memberikan akibat pada setiap kalangan manusia dalam beragam sisi. Selain dari segi upaya nan pastinya terkena efeknya, pandemi rupanya memberikan banyak waktu bagi manusia untuk merefleksi kehidupan dan beradaptasi dengan normal baru. Representasi inilah nan mau dibawakan dalam ‘Mertua vs Menantu’ nan tayang eksklusif di Amazon Prime Video.
‘Mertua vs Menantu’ merupakan movie drama komedi produksi MVP Pictures nan disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Dibintangi oleh Velove Vexia, Ira Maya Sopha, dan Morgan Oey, movie ini menampilkan kisah family Bianca dan Risyad nan mencoba untuk beradaptasi dengan hadirnya Hany, ibu Risyad. Belum lagi dengan munculnya pandemi nan membikin Bianca kudu mengubah style hidup seiring hadirnya beragam masalah dalam hidup keluarganya.
Narasi nan diusung Pritagita Arianegara dalam ‘Mertua vs Menantu’ ini berpusat pada kehidupan family di masa pandemi, secara spesifik berfokus dari perspektif pandang istri dan ibu. Tentang gimana hidupnya nan berubah 180 derajat seketika pandemi hadir, terutama mengenai gimana sang istri kudu berbaikan dengan hadirnya ibu mertua nan memberikan standar berbeda dalam hidup berkeluarga.
Narasi nan terlihat membumi dari ‘Mertua vs Menantu’ didukung dengan deretan karakter menarik dan sering ditemui pada masyarakat. Ibu muda sosialita, laki-laki workaholic, mertua nan selalu mau berbareng anaknya, semuanya ditampilkan dengan baik dalam drama komedi Pritagita Arianegara ini.
Didukung pula dengan akting menawan para jejeran cast-nya, terutama pada trio Morgan Oey, Velove Vexia, dan Ira Maya Sopha nan sukses membikin nuansa filmnya lebih lively.
Dengan sokongan narasi dan karakterisasi menarik, aspek teknis nan dihadirkan tergolong cukup bagus. Hal ini ditujukan pada segi visualnya, seperti color tone yang vivid secara konsisten dengan permainan kamera nan condong steady. Akan tetapi, lain halnya dengan scoring yang terasa kurang menonjol pada representasinya.
Pada akhirnya, ‘Mertua vs Menantu’ adalah drama komedi nan tampak usang meski tetap tetap menarik dengan kombinasi narasi dan karakterisasi ciamik sebagai bahan refleksi bagi penontonnya. Akan tetapi, aspek teknisnya nan tampak canggung membuatnya seakan menjadi movie selingan dengan komponen sinematik minimal.