Metamorfosis Musik Taylor Swift

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Taylor Swift merupakan musisi nan telah mengalami transformasi musik fenomenal dalam beberapa dasawarsa terakhir. Debut pada 2006 silam, musisi kelahiran Reading, Pennsylvania ini telah mengalami banyak perkembangan semenjak menginjakan kaki di industri musik internasional.

Bermula dari penyanyi dan penulis lagu muda nan sederhana, melantunkan lagu-lagu country dengan gitar akustik dan rambut pirang keritingnya nan khas. Hingga sekarang telah menjadi popstar dunia nan selalu tampil stylish dan mempesona di atas panggung dengan perfoma tak main-main. Musik Taylor Swift telah mendominasi dan mencuri banyak penikmat musik di seluruh dunia.

Dengan setiap rilisan album terbaru, Swift semakin berani mengekspos dirinya secara personal. Musiknya mengalami perkembangan seiring kehidupannya sebagai musisi sekaligus publik figur telah melalui beragam peristiwa nan mengubah dirinya. Mulai dari balada musik country nan polos dan manis, hingga pop anthem nan menggemparkan skena mainstream, Swift juga tak pernah ragu kembali ke style bermusik lamanya ketika sedang bernostalgia dengan kehidupannya sendiri.

Perubahan bermusik Taylor Swift tidak terlalu susah untuk dinavigasi, berikut penelusuran perkembangan musik Taylor Swift dari album ke album.

Menelusuri perkembangan musik Taylor Swift dari album ke album.

Cr. Shanna Madison/Chicago Tribune via Getty Images

Taylor Swift (2006)

Taylor Swift mendeklarasikan diri sebagai musisi country-pop mudah nan potensial. Menjadi salah satu debut solid pada masanya, Swift langsung mencuri hati penikmat musik dengan keterampilannya dalam menulis lagu serta talenta menyanyi dan bermain gitarnya.

Album “Taylor Swift” terangkai dari lirik-lirik nan introspektif dan personal, mencerminkan emosi dan pengalaman seorang remaja nan menjelajahi kompleksitas cinta. Secara musikal, album ini didominasi dengan aliran country, dengan gitar akustik, biola, dan banjo. Sebetulnya sejak album ini Swift telah menunjukan potensinya untuk berkembang dalam aliran pop. Karena formula country-pop ‘lah nan telah menjadi pondasi mantap bagi Taylor Swift pada era-era awal berkarirnya.

Fearless (2008)

“Fearless” adalah sophomore album nan menjadi momen terpenting dalam karir Taylor Swift, dimana dia mengukuhkan posisinya sebagai bintang country-pop nan semakin naik daun. Kemampua Swift dalam menulis lagu ini di album ini semakin bersinar, dia mulai mendominasi semua lagu untuk menjadi karya nan betul-betul dia tulis sendiri.

“Fearless” terdiri dari 13 track nan menghadirkan semangat muda nan berani dan kerapuhan. Swift dengan berani mengeksplorasi tema cinta, patah hati, dan penemuan diri. Dari lagu nan semarak seperti “Love Story” hingga ballad seperti “White Horse”. Secara musikal, produksinya menggabungkan elemen-elemen country dan pop, dengan melodi-melodi nan catchy, serta instrumen nan kualitas aransemennya nan semakin profesional.

Speak Now (2010)

“Speak Now” menjadi album ketiga nan rilis pada 2010, memperlihatkan pertumbuhan Taylor Swift sebagai musisi nan semakin mantap sebagai singer-songwriter berbakat. Dengan album ini, Swift mengambil kendali penuh secara kreatif, menulis 14 lagu sepenuhnya sendiri.

“Speak Now” adalah perjalanan musikal bakal pengalaman pribadinya, terutama kisah cintanya nan selalu dia tuangkan dalam setiap lagu dan album nan dia produksi. Mulai dari “Back to December” nan menjadi kisah melankolis nan menandai perpisahannya dengan Taylor Lautner, hingga “Dear John”, nan jelas sekali untuk mantan kekasihnya, John Mayer.

Secara musikal, “Speak Now” memulai mempunyai komponen musik baru. Ia memadukan komponen country-pop dengan sentuhan rock dan folk. Produksinya nan kaya menggabungkan beragam instrumen dan aransemen untuk meningkatkan sifat naratif pada setiap lagu.

Red (2012)

“Red” sebagai album keempat nan rilis pada 2012 menandai perubahan signifikan dalam style musik dan lirik Taylor Swift. Album ini menunjukan sisi nan lebih mantang dan eksperimental dari Swift, nan semakin terpengaruh dengan aliran pop, meski tetap terdengar semburat komponen country nan berubah menjadi aksen chic nan akhirnya menjadi charm dari Taylor Swift.

Kalau bicara tentang materi lirik, apalagi hingga album “Red” kontennya tetap sama saja, nan membikin berbeda hanya lantaran tentu saja kehidupan Taylor Swift terbentuk dari cerita-cerita nan berbeda. Namun perubahan dari sisi musikal ‘lah nan menjadi headline-nya. Elemen rock, electro, hingga dubstep dengan berani diaplikasikan oleh Swift dalam album ini.

Konsep dari album art-nya juga menjadi salah satu aset nan menjadi presentasi brand dengan perubahan besar dari album ini.

1989 (2014)

Kalau “Red” istilahnya, Taylor Swift tetap main-main dengan musik pop mainstream level permukaan, “1989” betul-betul menjadi pemberhentian berikutnya bagi fase transformasi bermusik nan dialami oleh popstar dengan fanbase nan semakin besar. ‘Shake It Off’ sebagai single utama menjadi hits global, memperlihatkan kepercayaan diri dan kepercayaan Swift ketika dirinya mengabaikan kritik dan merangkul identitas pop barunya.

Sebagai album pop dengan kesuksesan solid, banyak sekali hits dari album ini nan populer. Mulai dari ‘Blank Space’, ‘Style’, hingga ‘Wildest Dreams’. “1989” memperlihatkan keahlian Taylor Swiftuntuk beradpatasi dan berkembang dalam lanskap musik nan selalu berubah. Album ini menjadi titik pembuktian pertumubuhan artistiknya dan keberanian dalam mengambil akibat nan berbuah kesuksesan besar.

Reputation (2017)

Semakin tinggi reputasi seorang artis, semakin kencang angin besar nan mencoba untuk merubuhkan mereka. Sebetulnya sudah sejak “Speak Now” Taylor Swift berani speak up her mind tanpa filter dalam lagu-lagunya. Dimana sudah menjadi pedang bermata dua. Penggemarnya menyebutnya sebagai ekspresi diri nan jujur, bagi media umum, Swift dikritisi lantaran mengeksploitasi kehidupan pribadinya sendiri dalam setiap lagunya.

“Reputation” menampilkan perkembangan sonik dari perpaduan beragam komponen electropop, trap, dan R&B dalam bunyi pop unik Swift. “Look What You Made Me Do” menjadi single utama nan menunjukan keberanian Swift dalam menanggapi kontroversi dan penggambaran media nan terkadang misleading bakal dirinya.

Lover (2019)

Setelah puas mengubar emosi dan memeluk persona sebagai ular berbisa pada album “Reputation”, Taylor Swift kembali menjadi popstar manis nan sedang jatuh cinta dalam “Lover”. Dalam 18 lagunya, album ini menampilkan campuran bunyi pop, synth-pop, dan indie-pop, dengan melodi nan catchy dan hook nan menular. Bertolak belakang dengan album sebelumnya nan gelap, album ini adalah tentang merangkul cinta dan hubungan asmara nan indah.

“Lover” terdengar sebagai album dengan perubahan signifikan sebetulnya hanya lantaran album ini adalah nan berikutnya setelah “Reputation”. Padahal nuansa pop seperti ini setikdanya sudah kita dengarkan sebelumny dalam album “Red” dan “1989”. Meski menjadi album nan sukses, ini bukan titik dimana Swift menunjukan materi baru.

Folklore (2020), Evermore (2020)

“Folklore” dan “Evermore” merupakan album berkerabat dari Taylor Swift nan rilis pada tahun nan sama, ialah pada saat pandemi. Bisa dibayangkan ketika Swift tidak bisa tur alias disibukan dengan agenda komersil nan mengharuskan dia keluar rumah, tak ada perihal lain nan bisa dia lakukan selain menciptakan lagu.

Berbeda dengan musisi nan kala pandemi mengangkat tema-tema generik seperti kesenyapan dan emosi terisolasi, Taylor Swift justru mau membikin kita lupa dengan perasaan-perasaan negatif tersebut melalui “Folklore” dan “Nevermore”. Album ini menunjukan kedewasaan Swift dalam menulis lagu, bernyanyi, dan mendongeng.

Midnights (2022)

“Midnights” menjadi album paling baru dari Taylor Swift nan dia ungkapkan sebagai tracklist dari lamunannya di malam hari. Perjalanan melalui mimpim nan bagus hingga teror nan menggelisahkan. Album ini secara konsep dan intipati bisa didefinisikan sebagai ‘Reputation Part 2’, lantaran dia lagi-lagi membahas tentang reputasi dan persepsi media bakal dirinya melalui single ‘Anti-Hero’.

Namun secara musikal, sepertinya baru kali ini Taylor Swift bermain dengan tema nan tidak terlalu semarak, namun tetap berkesan. “Midnights” bukan album konsep, namun lebih ke album dengan konsep alunan track pop tenang nan nyaman kita dengarkan di malam hari, di bilik kita masing-masing.