Mia Goth, Perempuan ‘Sinting’ Baru Dekade Ini

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Melalui movie horor, ditambah semakin berkembangnya aliran itu dari masa ke masa, wanita mulai ditampilkan secara kompleks. Genre ini mendobrak peran wanita nan biasanya hanya dilihat dari satu dimensi, diseksualisasi, alias sekadar menjadi pemanis (trophy for a hero).

Meskipun aliran ini juga tidak jarang menampilkan wanita dalam lensa misoginis, mereka juga menyajikan ruang bagi perkembangan karakter nan multidimensi, nan jelas jauh dari kata ‘manis’.

Namun, seringkali pula wanita dalam movie seram masuk dalam ‘final girl trope’, ialah ketika wanita dijadikan sebagai satu-satunya nan selamat dalam sebuah situasi mengerikan. Beberapa kritik berdasar bahwa wanita dijadikan karakter utama dalam film-film ini karena bakal lebih mudah bagi audiens untuk bersimpati dan ngeri jika memandang protagonis nan lemah berhadapan dengan antagonis–entah itu setan, pembunuh, alias monster.

Ada pula kemungkinan nan lebih gelap bahwa para laki-laki kreator movie berambisi untuk menyiksa perempuan. Untuk mendalami perihal ini lebih jauh, diperlukan tulisan terpisah pada kesempatan nan lain. Meski begitu, akting Mia Goth baru-baru ini menumbuhkan angan bahwa movie seram tetap terus berevolusi dalam menciptakan karakter multidimensi dari seorang perempuan.

Perempuan-perempuan ‘Sinting’ dalam Film Horor

The Screen Rant telah merangkum sepuluh aktris wanita terbaik nan sukses berkedudukan sebagai wanita ‘sinting’ di movie horor. Di antara mereka nan legendaris adalah akting Shelley Duvall dalam “The Shining” (1980), nan menjadi stress setelah tinggal di Hotel Overlook nan terpencil, demi menemani suaminya nan seorang penulis. Aksinya dalam menyelamatkan diri dari teror sang suami sendiri sangat ikonik, a.k.a segmen ketika dia berteriak panik di bilik mandi, ketika sang suami dengan kapak secara kesetanan mendobrak pintu untuk membunuhnya.

Shelley Duvall

Shelley Duvall “The Shining” (Warner Bros.)

Mia Farrow dalam “Rosemary’s Baby” (1968) juga merupakan salah satu peran sinting nan klasik. Sebagai Rosemary, dia sukses melukiskan seram di wajahnya nan polos dan waras, hingga dia mulai gila lantaran mengandung bayi nan dia rasa bukanlah anaknya sendiri. Selain “Carrie” (1976), “Rosemary’s Baby” adalah salah satu movie seram klasik nan mengupas emosi seram nan tak kasat mata dari seorang karakter perempuan.

Mia Goth Sebagai Perempuan ‘Sinting’ Baru

Setelah Toni Collette dalam “Hereditary” (2018), rasanya belum muncul lagi aktris-aktris nan menemukan niche nya dalam movie seram Hollywood. Saya cukup terkesan setelah menonton movie garapan Ti West, “Pearl” (2022), nan tayang premiere di Venice International Film Festival bulan September tahun ini.

Mulai dari movie opening credits, penonton sudah diberi tahu bahwa “Pearl” ditulis oleh dua orang, ialah oleh Ti West sendiri dan juga Mia Goth, pemeran utama movie ini. Sebelumnya, kita mengenal Mia Goth sebagai model dan karakter sampingan dalam movie “Emma” (2020), sehingga tidak berpikir bahwa dirinya punya talenta juga dalam menulis movie horor. Namun, karakternya sebagai wanita ‘sinting’ sebenarnya telah dimulai sejak debut aktingnya nan pertama dalam “Nymphomaniac”, salah satu dari ketiga movie Lars von Trier nan secara unofficial dikenal sebagai ‘Depression Trilogy’.

Melalui wawancara dengan The Guardian, Goth menyebut bahwa dirinya tertarik dengan karakter-karakter nan kudu berjuang alias melawan. Hal itu lebih menarik buatnya, karena dia merasa bahwa terkadang dalam peran-peran wanita nan lain, perasaan-perasaan karakter tersebut justru dihilangkan.

Sementara kepada Collider, dia menjelaskan sungguh “Nymphomaniac” telah memberinya wawasan mengenai apa saja nan dia mau lakukan dalam pekerjaannya, jenis sutaradara seperti apa nan dia inginkan, dan sederhanya apa nan dia mau berikan dalam bumi film. Melalui wawancara nan lain dengan The Collider, Goth mengungkapkan ketertarikannya pada cerita nan mempunyai karakter kompleks:

“Stories that are exploring people. That’s pretty much it. Not so much plot. Plot doesn’t interest me all that much. Character studies, directors that are interested in actors and bringing out the best in them and directors that are concerned with the truth, and that being at the forefront of what they do.”

Pearl

Pearl (A24)

X (2022) dan Pearl (2022): Horor-nya Perempuan ‘Sinting’

Dalam tahun 2022, Mia Goth telah memerankan dua karakter utama dalam movie slasher garapan Ti West, ialah “X” dan prekuelnya, “Pearl”, meskipun keduanya adalah movie nan sama sekali lain. Keduanya sama-sama menampilkan Mia Goth sebagai karakter wanita ‘sinting’ nan terjebak dalam sebuah situasi nan menjadikan mereka bisa melakukan apapun untuk dapat keluar dari situasi tersebut.

Dalam movie “X”, Mia Goth memerankan Maxine Minx, seorang wanita nan bercita-cita menjadi aktris porno, sementara dalam movie lainnya Goth memerankan Pearl, wanita muda nan sadis nan begitu mau keluar dari perkebunan nan terisolasi dan menjadi penari beken.

Menurut Ti West, “X” nan belatarkan tahun 70an merupakan “ode” nya kepada industri movie porno nan pernah berhasil pada periode itu. Di sisi lain, Pearl mengambil latar jauh sebelumnya, ialah ketika pandemi flu Spanyol berjalan pada tahun 1918. Ti West merujuk pada masa keemasan Hollywood, meskipun lebih tepat masa ini disebut sebagai ‘early age of Hollywood’.

X 2022

Mia Goth dalam movie “X”

Selain berupaya menjadi ‘film periode’–film nan berupaya mengikuti ciri-ciri periode berhistoris tertentu, kedua movie ini juga menyerempet aliran biopik, dengan Mia Goth sebagai pusatnya. Dalam “Pearl”, nyaris setiap frame film ini diisi akting Goth. Dalam beberapa hal, movie ini mempunyai kesamaan dengan “Joker” (2019), namun ditambah kebrutalan adegan-adegan mutilasi nan tidak malu-malu.

Adegan-adegan sadis nan dimainkan oleh Goth mengingatkan kita kepada peran Annie Wilkes dalam penyesuaian novel Stephen King, “Misery” (1990), nan dimainkan oleh Kathy Bates. Layaknya Shelley Duvall, Mia Farrow, dan Toni Collete, performa Bates pun jelas menjadi memori tersendiri di akal para pecinta movie horor.

Salah satu akting ikonik nan dilakukan Mia Goth dalam “Pearl” telah membikin kita menobatkannya sebagai salah satu aktris seram nan layak dipuji pada dasawarsa ini. Adegan ikonik ini adalah segmen improvisasi nan merupakan pendapat Ti West dan Mia Goth sendiri–tidak ada dalam skrip nan telah dibuat sebelumnya.

Adegan nan terjadi sekitar dua menit hingga angsuran penutup selesai ditampilkan, adalah close-up wajah Pearl nan sedang tersenyum lebar. Senyum ini sangat mengganggu, lantaran di dalamnya terangkum akibat dari hal-hal mengerikan nan telah dilakukan Pearl sepanjang film, antara lain rasa frustasi, putus asa, namun juga kepercayaan nan kuat bahwa apa nan telah dilakukannya merupakan sesuatu nan dapat dijustifikasi.

Mia Goth Pearl

Mia Goth dalam movie “Pearl”

Sutradara kondang Martin Scorsese turut memuji “Pearl” sebagai movie nan mempunyai daya nan jarang ditemukan pada film-film saat ini. Energi tersebut didasari atas kecintaan nan murni terhadap sinema.

Dengan begitu, patut dikatakan Mia Goth memang wanita nan ‘sinting’ dalam berkarya. Karir modeling nan dulu ditempuhnya dipandang sebagai sesuatu nan dua dimensional saja. Mungkin, didasari oleh hasratnya untuk menjadi original dan tidak ‘plastic’, dia turut mewarnai sinema seram saat ini nan banyak menampilkan para wanita sinting itu.

Melihat perkembangan-perkembangan awal dalam movie seram Hollywood nan hanya melukiskan wanita entah sebagai sosok nan polos dan baik-baik, alias betul-betul kebalikannya, semakin ‘sinting’ wanita ditampilkan dalam movie horor, bakal semakin bagus. Karena sesuatu nan terus menerus dianggap sinting bakal terus menjadi tabu, walaupun jika dipahami baik-baik, kesintingan itu sebetulnya begitu wajar adanya.