Pertama kali mengudara pada 1993, “Mighty Morphin Power Rangers” (MMPR) merupakan salah satu generasi ‘Power Rangers’ paling legendaris di franchise-nya. Dalam rangka merayakan 30 tahun semenjak MMPR mengudara, Netflix hendak membujuk kita bernostalgia dengan merilis “Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always”.
‘Once & Always’ diambil dari salah satu semboyan ikonik franchise-nya, ‘Once a ranger, always a ranger’. Namun siapa nan menyangka bahwa kita tetap berkesempatan memandang cast original MMPR setelah 30 tahun berlalu.
‘Once & Always’ tetap meng-cast aktor-aktor originalnya seperti, David Yost (Ranger Biru) dan Walter Emanuel Jones (Ranger Hitam) generasi pertama. Sementara untuk Ranger Merah dan Ranger Merah Muda diperankan oleh cast dari generasi kedua, Steve Cardenas dan Catherine Sutherland.
Edisi seremoni 30 tahun ini dipersembahkan untuk dua tokoh original MMPR nan telah berpulang , Thuy Trang (Ranger Kuning) dan David Frank (Ranger Hijau).
Dalam ‘Once & Always’, dikisahkan Rita Repulsa kembali dalam bentuk robot untuk membalaskan dendamnya pada Power Rangers setelah bertahun-tahun ditaklukan dan terkurung. Ranger Kuning, Trini Kwan, tewas dalam pertarungan pertama mereka dengan Rita Repulsa. Ia mengorban diri demi melindungi Ranger Biru, Billy.
Billy dan Zack akhirnya mengambil tanggung jawab untuk membesarkan putri remaja Trini, Minh (Charlie Kersh). Setahun kemudian, Rita Repulsa kembali untuk menyelesaikan apa nan sudah dia mulai untuk mengakhiri Power Rangers selamanya.
Kembali Adaptasi Gaya ‘Power Rangers’ 90an nan Membangkitkan Nostalgia
Daripada film, “Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always” lebih tepat disebut sebagai bagian spesial. Durasinya hanya 55 menit, dengan kualitas naskah dan produksi nan tidak terlalu menyajikan perihal baru nan signifikan. Berbeda dengan movie remake “Power Rangers” (2017) nan dipresentasikan dengan nuansa edgy, gelap, dan lebih serius. ‘Once & Always’ cukup berani untuk mengadaptasi kembali style lama ala serial anak-anak nan cheesy dan campy.
Bagi penonton dewasa nan tumbuh besar dengan MMPR dari era 90an, betul-betul bakal terasa seperti kembali ke era tersebut. Mulai dari visual, musik, pengarahan akting, hingga plotnya nan ringan, sedikit kikuk namun dalam arti nan baik, betul-betul membangkitkan nostalgia.
Meski ditampilkan bahwa sekarang Billy dan kawan-kawan telah berumur, ditambah dengan kehadiran Minh sebagai anak Trini nan remaja, tidak ada komponen modern nan terlalu menandakan bahwa latar waktu dalam kisah ini terjadi di masa sekarang.
Kualitas produksi secara keseluruhan juga memilih untuk tidak melakukan modifikasi nan lebih modern. Semuanya nyaris terlihat serupa seperti kualitas produksi dari ‘Power Rangers’ 90an.
Giliran Ranger Biru dan Ranger Hitam nan Bersinar
Sudah semacam pakem dalam semesta ‘Power Rangers’ bahwa Ranger Merah nan selalu menjadi pemimpin dan bintang utama. Tak pernah kita berpikir bahwa Billy si Ranger Biru akhirnya bakal tampil sebagai sosok pemimpin. Sebagai dua tokoh dari generasi pertama nan bersedia berasosiasi dalam project ini, David Yost dan Walter Emanuel Jones akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menjadi bintang utama setelah 30 tahun menjadi Ranger.
Menampilkan Ranger Biru sebagai pemimpin cukup memberikan tontonan nan segar bagi fans lama. Ketika kita tetap kecil, mungkin kita hanya peduli dengan penampilan Power Rangers dalam bebatan kostum warna favorit kita. Menjadi pengalaman nan cukup sentimental ketika sekarang kita sudah dewasa, nan lebih berfaedah adalah eksistensi tokoh dibalik kostum tersebut.
Menjadi keputusan nan bijak untuk kali ini memposisikan Yost dan Emanuel Jones sebagai dua tokoh utama dari generasi pertama. Sementara Cardenas dan Sutherland dari generasi kedua diposisikan sebagai tokoh pendukung. Namun pada akhirnya, keempatnya tetap bercahaya sebagai satu tim Power Rangers.
Perayaan ke-30 Tahun nan Seharusnya Bisa Lebih Baik dan Semarak
Meski MMPR menjadi salah satu tontonan anak-anak 90an nan legendaris dan tetap mempunyai tempat spesial di hati penggemarnya (yang telah beranjak dewasa), sayangnya cukup banyak kontroversi nan terjadi dibalik layar.
Tanpa membahas terlalu detail, selain lantaran beberapa tokoh telah tiada, tokoh lainnya ada juga nan menolak tawaran untuk bermain di ‘Once & Always’. Hal ini menyebabkan ‘Once & Always’ menjadi seremoni nan kurang meriah dan kosong dalam beberapa bagian.
Terlihat pula upaya tim produksi untuk menutupi kekurangan dari project ini. Karena hanya tokoh Billy dan Zack nan bisa hadir, akhirnya Ranger lainnya hanya diperlihatkan dalam bentuk Ranger mereka dengan kostum. Begitu pula Rita Repulsa nan ditampilkan dalam bentuk robot, agar setidaknya tetap bisa menggunakan bunyi nan mirip dengan jenis lamanya.
Untung saja Steve Cardenas dan Catherine Sutherland bersedia untuk mengisi posisi Ranger nan kosong. Dimana sebetulnya, keempat tokoh ini tidak pernah tampil berbareng dalam project ‘Power Rangers’ sebelumnya lantaran dari generasi nan berbeda.
Dalam segi kualitas pengaruh visual, mungkin tim produksi mau setia dengan kualitas produksi originalnya. Sayangnya justru terlihat dikerjakan separuh hati, semestinya bisa dipoles dan dimodernisasi sedikit agar lebih heboh. Bahkan beberapa bagian original dari era 90an menghadirkan lebih banyak ledakan dan segmen ‘berubah’ nan lebih hype. Namun sudah cukup menyenangkan bisa memandang segmen berubah klasik kembali ditampilkan dalam ‘Once & Always’.
Pada akhirnya, sebagai fans MMPR mungkin kita mengharapkan seremoni 30 tahun nan lebih meriah. Namun, “Mighty Morphin Power Rangers: Once & Always” cukup sukses membawa penggemarnya nan sekarang telah dewasa kembali ke masa mini mereka selama 55 menit.
Daripada sibuk mengomentari kualitas produksi project ini secara keseluruhan, ada terlalu banyak komponen nostalgia nan membikin kita bias dan mencintai jenis spesial ini apa adanya.