Film komedi romantis Hollywood sudah lama tidak naik layar lebar semenjak akhir 2010an. Film komedi romantis sekarang lebih marak didistribusikan melalui platform streaming.
Kehadiran “No Hard Feelings” di bioskop sempat menimbulkan ekspektasi; apa ini bakal menjadi movie komedi nan menghadirkan perihal baru, alias keputusan upaya nan salah dengan mengangkat materi nan usang? Ketika kita mengira movie Gene Stupnitsky ini tidak bakal masuk bioskop Indonesia, Sony Pictures akhirnya merilis juga “No Hard Feelings” di bioskop lokal kita. Namun berbarengan juga dengan berita movie ini bakal segera masuk Netflix. Jadi, apa worth it untuk menonton filmnya di bioskop sekarang?
Dibintang oleh Jennifer Lawrence sebagai Maddie, wanita 32 tahun nan sedang mengalami krisis finansial. Ia kemudian terlibat dalam situasi unik dimana sepasang orang tua kaya merekrutnya untuk berkencan dengan putra mereka, Percy (Andrew Barth Feldman), perjaka 19 tahun nan pemalu.
Maddie rela mengambil ‘pekerjaan’ tidak biasa ini demi mendapatkan mobil cuma-cuma untuk menyambung hidup sebagai Uber Driver. Namun, semakin dia menjalin hubungan dengan Percy, ini tidak lagi sekadar kesempatan untuk mendapatkan mobil gratis.
Maddie dengan Quarter-Life Crisis-nya & Percy dengan Coming of Age-nya
Berlatar di Montauk, “No Hard Feelings” menampilkan desa di pinggir laut di Long Island, New York. Disitulah Maddie, wanita 32 tahun menghabiskan hidupnya tanpa pecapaian besar dan sekarang mengalami krisis finansial. Rumah warisan dari ibunya terancam disita lantaran dia telah menunggak pajak. Keadaan semakin pelik ketika mobilnya terlebih dulu disita, padahal pekerjaan Maddie adalah Uber Driver. Maddie memiliki character arc tipikal wanita dengan krisis kehidupan di usia 30an. Mulai dari pekerjaan, asmara, dan kehidupan sosialnya tidak melangkah dengan baik.
Sementara Percy adalah remaja 19 tahun nan sedang memasuki level awal pendewasaan. Meski tumbuh besar di family kaya, Ia rupanya anak manja dengan masalah berkomunikasi, apalagi menjalin hubungan dengan perempuan. Padahal Percy sebetulnya remaja laki-laki nan manis dan berbakat. Ia hanya mempunyai masalah kekhawatiran dan trauma masa kecil, kemudian berlindung dalam gelembung nan sebetulnya difasilitasi oleh orang tuanya sendiri.
Kondisi Percy membikin kedua orang tuanya cemas lantaran dia bakal segara masuk universitas. Oleh lantaran itu mereka membikin iklan mobil untuk wanita berumur 20an nan mau berkencan dengan Percy dengan hadiah mobil gratis. Meski kurang memenuhi syarat, Maddie sukses membujuk orang tua Percy untuk menyerahkan ‘pekerjaan’ ini padanya.
Naskah Komedi Romantis nan Sudah Usang, Materi Humor Kurang Menggigit
“No Hard Feelings” menimbulkan ekspektasi tertentu pada penonton selama masa promosinya. Tak hanya komedi romantis biasanya, ada unsur bandel dan lawakdewasa nan bisa kita lihat melalui trailer-nya. Namun rupanya konten dewasa dalam movie ini tidak lebih dari nan sudah ditayangkan dalam trailer.
Buat nan mempunyai ekspektasi bakal hubungan bandel antara remaja perjaka dengan wanita dewasa semenawan Jennifer Lawrence, movie ini sama sekali tidak steamy apalagi erotis. Hanya beberapa pembicaraanya saja nan mengandung toik-topik vulgar secara umum. Jadi, jika dibandingkan dengan komedi romantis Hollywood lawas nan nakal, ini tetap termasuk standar.
Justru ada kesan movie ini tidak berani mengambil resiko tersebut. Ini lantaran Maddie tidak senakal nan kita duga, begitu pula Percy tidak seculun nan kita sangka. Masalahnya premisnya serba tanggung. Ini bukan movie komedi nan nakal, namun terlalu tawar untuk drama kehidupan dimana ada pelajaran nan bisa diambil.
Ada banyak perihal nan bisa dieksplorasi seperti model parenting orangtua Percy nan bisa dibilang bermasalah. Maupun krisis pribadi nan sedang dialami oleh Maddie, dimana dia mempunyai sentimen tinggi pada rumah peningglan ibunya. “No Hard Feelings” mempunyai naskah nan sudah terlihat usang dalam skenanya. Ini terlihat seperti movie 2010an dengan latar 2023.
Kurang Relevan dengan Budaya Indonesia, Tidak Perlu Ditonton di Bioskop
Pertama-tama, kebenaran bahwa orang tua Percy secara spesifik meminta Maddie, wanita 32 tahun, “berkencan” dengan putranya nan tetap 19 tahun, hanya agar anaknya tidak perjaka sebelum masuk kuliah tidak relevan dengan kebudayaan Asia (bahkan dengan model parenting masa sekarang dalam budaya manapun).
Dengan beragam pengganti skenario movie komedi romantis, drama krisis kehidupan, hingga drama coming of age, premis demikian tidak cukup untuk memikat perhatian kita lagi. Meski maksudnya sebagai premis komedi, pada akhirnya tidak semua lelucon sukses memberikan punchline, salah satunya seperti materi lawak“No Hard Feelings” ini.
Meski ini bukan penampilan terbaiknya, jelas Jennifer Lawrence nan menjadi argumen kenapa banyak dari kita penasaran dengan movie ini. Sebetulnya tetap layak ditonton lantaran plotnya tetap tergolong rapi dan mudah diikuti.
Ada juga beberapa pelajaran kehidupan level permukaan nan bisa dipetik. Namun untuk ditonton di bioskop movie ini termasuk kurang worth it. Apalagi sedang banyak movie menarik lainnya nan tayang di bioskop. “No Hard Feelings” juga sejenak lagi bakal masuk platform streaming, jadi tidak terlalu urgent buat kita hingga rela mengeluarkan tiket bioskop.