Netflix telah mengadaptasi beberapa titel anime dan manga terkenal sebagai live-action. Mulai dari “Death Note” (2017), “Bleach” (2018),”Cowboy Bebop” (2021), dan beberapa titel lainnya. Dimana ada nan gagal, ada pula nan mendapatkan ulasan positif. Namun “One Piece” live-action terbaru Netflix telah mendongkrak reputasi Netflix live-action melalui kesuksesannya.
Saat ini serial “One Piece” telah mendominasi Top 10 Global Netflix, trending di lebih 80 negara, termasuk Indonesia. Ini bakal menjadi ulasan ramah untuk penonton baru, nan tidak mengikuti manga maupun anime-nya, lantaran cukup mengejutkan gimana “One Piece” live-action ini sangat memikat meskipun bagi penonton baru.
“One Piece” merupakan manga masterpiece Eiichiro Oda, serta anime terpopuler saat ini dengan fanbase terbesar. Menceritakan petualangan Monkey D. Luffy, protagonis kita nan bercita-cita sebagai Raja Bajak Laut. Bukan bajak laut nan jahat, Luffy percaya dia bisa menjadi bajak laut nan baik, berbudi pekerti bebas, mengejar mimpi, melakukan petualangan seru ke Grand Line untuk menemukan kekayaan karun berjulukan ‘One Piece’. Ini bisa jadi tontonan seru buat kita fans tema petualangan bajak laut dengan latar khayalan penuh tindakan secara umum.
8 Episode Fokus pada Plot Luffy Membentuk Crew Bajak Laut dengan Keseruan Tak Terbatas
“One Piece” live-action menjadi pintu gerbang penonton segmentasi universal untuk mengenal kemegahan dari semesta bajak laut buatan Eiichiro Oda. Disajikan dalam 8 Episode, sukses memberikan info nan dirangkum dalam pacing nan sudah sempurna. Mulai dari memperkenalkan kita pada kharisma protagonis, Monkey D. Luffy nan diperankan oleh Inaki Godoy. Menjelaskan apa itu ‘One Piece’, letak Grand Line, hingga dualitas kehadiran bajak laut dan marinir.
Banyak serial dari penyesuaian kitab maupun manga kesulitan mempresentasikan world building dari materi sumber. “One Piece” sama sekali tidak mempunyai masalah tersebut, ini betul-betul mudah dipahami dan sangat menarik sejak prolog bagian pertama.
“One Piece” dari materi sumbernya mempunyai terlalu banyak cerita, karakter, dan twist nan overwhelming untuk diadaptasi dalam serial. Memulai anime “One Piece” mungkin cukup mengintimidasi, lantaran sekarang anime-nya telah mencapai bagian ribuan lebih. Namun Matt Owens dan Steven Maeda selaku showrunner konsentrasi hanya pada babak awal petualangan Luffy berbareng Straw Hat Pirates.
Mulai dari awal petualangan Luffy merekruit crew pertamanya, mendapatkan perahu pertama mereka (Going Merry), serta membangun reputasinya sebagai salah satu bajak laut nan paling dicari. Melalui serangkaian pertarungan melawan bajak laut jahat di East Blue.
Season perdana live-action ini juga menampilkan backstroy dari setiap karakter dalam Straw Hat Pirates. Melalui flashback masa mini mereka nan bersambut dengan masa kini, dimana editing-nya sudah sangat rapi.
Hanya dalam 8 episode, serial ini tak hanya memperkenal Luffy sebagai protagonis, setiap karakter utama lainnya juga mendapatkan porsi perkenalan nan pas. Ini merupakan kisah dengan deretan karakter nan mudah dicintai serta menarik, lebih dari sekadar pelengkap nan mudah dilupakan.
Inaki Godoy Lahir untuk Menjadi Luffy, Casting Live-Action nan Sempurna
Dalam pertemuan nan diatur oleh Netflix antara Godoy dan Eiichiro Oda, Oda sendiri mengakui bahwa Inaki Godoy terlahir untuk memeran Luffy live-action. Oda sendiri nan memberikan lampu hijau semenjak memandang footage audisi Godoy. Benar saja, penampilan Godoy sebagai Luffy dalam “One Piece” live-action memang nan terbaik.
Untuk memerankan Luffy, tokoh kudu bisa menjadi karakter nan positif, berkarakter ramai, namun tidak annoying sebaliknya kudu memikat, dan Godoy sukses memancarkan daya tersebut. Penampilannya sama sekali tidak terlihat dipaksakan sebagai Luffy dengan kepribadian seperti petasan.
Tak hanya Godoy, semua cast dalam serial ini betul-betul on point. Mulai dari Emily Rudd sebagai Nami, Mackenyu sebagai Zoro, Jacob Romero Gibson sebagai Usopp, dan Taz Skylar sebagai Sanji. Morgan Davies sebagai Koby juga patut mendapatkan apresiasi nan serupa dengan main cast dalam Straw Hat Pirates.
Sebagai manga fantasi, “One Piece” kerap menampilkan karakter bajak laut jahat alias marinir berkedudukan tinggi nan meninggalkan kesan. Mulai dari Buggy the Clown (Jeff Ward), Monkey D. Garp (Vincent Regan), Dracule Mihawk (Steven Wars), Arlong (McKinley Belcher III); aktor-aktor ini belum terkenal di rana mainstream, namun kehadiran karakternya langsung berkesan ketika pertama kali muncul dalam adegan.
Produksi Maksimal Diwujudkan oleh Orang-Orang nan Mencintai One Piece
“One Piece” live-action didukung dengan produksi kreasi maksimal dari beragam aspek. Mulai dari kualitas CGI, prostetik, tata rias, busana, musik, dan kreasi latar sudah sangat menghidupi materi sumbernya dalam medium nan lebih immersive. Tak ketinggalan koreografi pertarungan nan selalu epik.
Netflix tidak main-main dalam mewujudkan project live-action satu ini, lantaran dikabarkan Eiichiro Oda sangat frontal dalam memberikan pengarahan dan pendapatnya sebagai salah satu produser eksekutif.
Satu lagi nan menjadi kunci dari kesuksesan live-action ini adalah cinta nan dituangkan oleh penciptannya. Matt Owens adalah fans berat “One Piece”, begitu pula segenap tokoh nan di-cast dalam lineup pemeran utama.
Sebagai representasi dari fans “One Piece” nan membawanya ke medium baru, rasa cinta dan kekaguman pada semesta nan diciptakan oleh Oda akhirnya terpancar. Bahkan untuk penonton nan betul-betul baru mengenal “One Piece” tak susah untuk akhirnya memahami kenapa fandom dari titel ini sangat besar dan setia setelah bertahun-tahun.
“One Piece” adalah kisah petualangan tentang mewujudkan mimpi. Dengan semangat sesedarhana itu, Eiichiro Oda bisa mencipatkan semesta bajak laut nan megah dan penuh petualangan seru.
Energi positif dalam serial ini sangat kita butuh di tengah-tengah kehidupan nan terkadang lesuh dan sulit. Secara keseluruhan, “One Piece” live-action merupakan live-action terbaik di Netflix saat ini.