Ooku: The Inner Chambers – Ketika Perempuan Mendominasi Peradabaan Jepang Kuno

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Bayangkan sebuah timeline pengganti dimana masyarakat Jepang pada abad ke-17 hingga ke-18 nan secara tradisional konservatif betul-betul berubah. Perempuan mengambil posisi kekuasaan sementara laki-laki menjadi penduduk kelas kedua, berkembang menjadi kaum kelamin nan terisolasi dan diperlakukan sebagai pihak nan rentan dan perlu perlindung, alias sebaliknya dieksploitasi.

Konsep bumi menarik inilah nan menjadi latar belakang dari anime Netflix terbaru, “Ooku: The Inner Chamber”, diangkat dari manga bergenre fantasy historical pemenang penghargaan karya Fumi Yoshinaga. Sementara serial anime-nya disutradarai oleh Noriyuki Abe dan ditulis oleh Takasugi Rika.

Dikisahkan pandemi cacar merah melanda Jepang pada masanya, hanya menjangkit laki-laki sebagai korbannya, negara pun mengalami krisis populasi laki-laki. Untuk melindungi mereka, para anak laki-laki dan laki-laki dewasa akhirnya dikurung di dalam rumah. Akibatnya, laki-laki dewasa menjadi ‘objek’ nan diinginkan layaknya ‘barang’ langkah, sekaligus diremehkan dan dipinggirkan lantaran tidak lagi menjalankan peran seperti laki-laki sebelum pandemi melanda (bekerja dan bertani). Namun tetap dibutuhkan sebagai sumber bibit untuk menghamili wanita demi menjaga populasi di Jepang.

Yumine

Yumine sebagai Shogun Perempuan Kedelapan nan Mengungkap Perubahan Sejarah

“Ooku: The Inner Chambers” mengisahkan masa di mana masa laki-laki nan harusnya mengisi posisi shogun mengalami krisis juga lantaran pandemi cacar merah. Agar tidak merusak kestabilan negara nan bisa berujung pada perang, wanita pun maju mengisi posisi. Yoshimune, nan pragmatis dan lugas menjadi pembuka pada bagian anime ini, dia adalah shogun kedelapan dan tidak terlalu tertarik dengan kemewahan nan ditawarkan di Istana Edo.

Bukan shogun nan naik tahta untuk menikmati kekuasaan semata, Yoshimune menelusuri tradisi-tradisi lama di Ooku dan berkeinginan untuk mengubah sejarah untuk masa kepemimpinan nan lebih praktis dan menguntungkan pihak-pihak nan selama ini dieksploitasi; laki-laki nan tingga di Ooku.

Ketika Yoshimune menyelidiki beragam ritual dan tradisi di Ooku, dia menemukan salah satu ritual nan mengusiknya; laki-laki pertama nan tidur dengan shogun kudu dibunuh. Hal nan kemudian membangkitkan rasa mau tahunya tentang masa lalu, mendorongnya untuk menyelidiki, hingga akhirnya menemukan pengarsipan istana berjudul “Catatan Matahari Terbenam”. Melalui catatan inilah, Yoshimune bakal membujuk kita pada plot berikutnya dalam anime ini, kembali ke masa lalu, menyimak gimana masyarakat patrilineal Jepang beranjak menjadi peradaban nan didominasi perempuan.

Modifikasi Konten Sejarah Nyata, jadi Eksplorasi Fantasi Peran Gender nan Terlihat Otentik

Sekilas, mungkin banyak nan berekspektasi tentang muatan cerita dengan agenda feminisme maupun maskulinitas dalam anime ini. Namun, ‘Ooku’ mempunyai formula nan menarik dalam mengeksplorasi peran gender, sesederhana mengubah situasi daripada subyeknya. Berbeda dengan tipikal sajian cerita nan menjunjung feminisme pada umumnya. Ini lebih dari sekadar idelogi, namun gimana situasi krisis bisa melumat dan membentuk masyarakat ke posisi nan sebelumnya tidak terbayangkan, semuanya demi memperkuat hidup.

Salah satu aspek krusial dari “Ooku: The Inner Chambers” terletak pada kemampuannya mempertahankan detail-detail sejarah sembari menawarkan perspektif baru terhadap peristiwa baru. Percaya diri berkesperimen dengan sejarah dengan perubahan nan tetap terasa otentik. Sebagai contoh, istilah Ooku awalnya merujuk pada tempat tinggal para wanita di Istana Edo, nan kemudian dalam seri ini berubah menjadi penjara sekaligus tempat perlindungan bagi para laki-laki nan sukses menghindari pandemi cacar merah. Mengabdi pada shogun layaknya seorang selir-selir namun pria.

Demikian pula, Tokugawa Iemitsu, shogun ketiga nan berkuasa dari tahun 1623 hingga 1651 dan secara historis dikenal lantaran mengusir seluruh Eropa dari Jepang, mempunyai peran nan berbeda dalam ‘Ooku’. Dalam skenario ini, Iemitsu adalah anak wanita rahasia dari shogun nan meninggal lantaran cacar merah.

Untuk menjaga keberlanjutan family Tokugawa, Kasuga (abdi istana) menyembunyikan kematian shogun dan mengangkat anak wanita tersebut sebagai shogun wanita pertama, nan dirahasiakan gendernya dari bumi luar. Namun kemudian menemukan langkah sendiri untuk kembali ke identitasnya sebagai wanita sekaligus menjaga statusnya sebagai shogun nan membawa Jepang keluar dari masa krisis.

 The Inner Chambers

Memberikan Pemahaman bakal Peran Gender nan Tidak Sepihak

‘Ooku’ terus menekankan pada kita bahwa akar dari kejahatan sosial tidak terbatas pada satu kelamin tertentu, tetapi terletak pada ketidakseimbangan kekuasaan. Ini menyoroti gimana hanya dengan mengubah perspektif dan situasi bisa menyuguhkan cerita rumit nan menarik, bahwa segala perihal nilai nan kita pegang selama ini bisa berubah jika dilihat dari perspektif nan berbeda, namun dengan pemahaman nan pada akhirnya sama saja. Menimbulkan peleburan pada arti kelamin nan tradisional. Tanpa berpihak pada salah satu gender; semua kelamin bisa menjadi korban maupun penindas.

Konsep pertukaran peran kelamin dalam anime ini menjadi panggung eksplorasi rumor kompleks seperti dismorfi tubuh, hirarki, dan penyalahgunaan kekuasaan. Di luar tembok Istana Edo, negara dilanda kelaparan, krisis ekonomi, dan ketakutan. Banyak anak wanita dibesarkan sebagai laki-laki demi meneruskan reputasi keluarga, namun merasa asing dari tubuh mereka sendiri.

Di family miskin, wanita mengambil peran laki-laki, bekerja di ladang lantaran laki-laki rawan terjangkit cacar merah jika dibiarkan berkeliaran. Serta kejadian pemanfaatan remaja laki-laki sebagai ‘komoditi’ langkah. Dipersunting oleh family wanita nan kaya sebagai pemberi benih, alias dieksploitasi secara seksual di pusat intermezo kota. Mendorong penontonnya untuk merenungkan gimana kelamin mempengaruhi persepsi tentang pekerja seks.

Di dalam batas-batasan “Ooku: The Inner Chambers” muncul kejadian sosial mengerikan nan berbeda. Mereka nan tak berkekuatan mengalami pelanggaran, sementara mereka nan tampak kuat terungkap lumpuh dalam keadaan mereka sendiri. Kebahagiaan berlalu dengan sigap di bumi nan bagus namun kejam, dimana permainan kekuasaan membikin semua orang merasa tidak kondusif dan rentan.

Anime ini mempunyai akhir season nan cukup konklusif, setidaknya menjawab semua pertanyaan dari anomali kejadian peran kelamin nan dipertunjukan pada bagian pertama. Kemudia dieksplorasi secara kronologis pada kelanjutan season hingga finale. Kesepuluh bagian komplit “Ooku: The Inner Chambers” bisa di-streaming di Netflix.