Resident Evil: Death Island Review – Jill Menebus Dosa

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Bagi sebagian orang, bakal ada masanya mereka kudu berkutat dengan beragam kesalahan nan muncul pada masa lalu. Akan tetapi, hidup terus melangkah dan orang-orang kudu tetap menjalani apapun nan datang di depan mereka, bagaimanapun caranya. Sekilas, perihal ini nan disorot dalam movie ‘Resident Evil: Death Island’.

‘Resident Evil: Death Island’ merupakan movie action horror berbasis CGI terbaru pengarahan Eiichiro Hasumi nan berbasis dari seri game ‘Resident Evil’. Menjadi sekuel langsung dari ‘Resident Evil: Vendetta’ nan dirilis 2017 lalu.

Film ini bercerita tentang Leon nan ditugaskan ke Pulau Alcatraz untuk menangkap intelektual nan dibawa oleh sekelompok teroris pengguna senjata biologis. Di saat nan sama, BSAA nan beranggotakan Chris, Jill dan Rebecca beserta Claire dari TerraSave juga menyambangi pulau nan sama demi menghindari bocornya virus baru nan membahayakan seluruh dunia.

Dari narasinya, kisah ‘Resident Evil: Death Island’ secara langsung melanjutkan cerita nan diusung pada ‘Resident Evil: Vendetta’, tepatnya satu tahun setelahnya. Mengusung alur maju dengan sedikit flashback sebagai ramuan backstory dari salah satu karakternya, movie animasi ini bakal membawa para protagonis dari seri ‘Resident Evil’ dalam ancaman baru sepeninggal Glenn Arias.

 Death Island Review

Sebagai movie nan tetap berada dalam satu semesta inti dengan beragam media ‘Resident Evil’, ‘Resident Evil: Death Island’ ini memberikan banyak referensi dari seri tersebut. Selain ‘Resident Evil: Vendetta’, movie animasi ini juga mengambil secuil cerita dari game-nya, seperti ‘Resident Evil 5’, ‘Resident Evil 6’, serta remake dari ‘Resident Evil 3’ nan dirilis 2020 lalu. Oleh lantaran itu, bisa dibilang movie ini terasa tidak ramah bagi penonton awam nan tidak menikmati seri game-nya.

Berbeda dengan beragam movie CGI ‘Resident Evil’ sebelumnya, ‘Resident Evil: Death Island’ tentunya berpusat pada lima karakter dari seri tersebut, seperti Leon Kennedy, Chris Redfield, Jill Valentine, Claire Redfield dan Rebecca Chambers. Akan tetapi, movie ini tampaknya memberikan porsi lebih besar bagi Jill Valentine, menempatkan movie ini sebagai redemption arc dari karakter veteran ‘Resident Evil’ ini setelah terakhir mempunyai andil menjadi salah satu antagonis di ‘Resident Evil 5’.

Walau begitu, Chris dan Leon tetap mendapatkan porsinya sendiri, terutama pada segmen laga dan pendewasaan karakter mereka seiring berjalannya seri tersebut. Selebihnya, Claire dan Rebecca mempunyai peran paling sedikit, seakan hanya menjadi supporting cast dari ketiga karakter utama lainnya.

Seperti beberapa movie dan serial CGI ‘Resident Evil’ lain, ‘Resident Evil: Death Island’ datang dengan antagonis baru nan tak ditemui di game. Memunculkan Dylan Blake sebagai antagonis utama beserta Maria Gomez nan sudah muncul sejak ‘Resident Evil: Vendetta’, antagonis tersebut tampil dengan minim rasa.

Terlepas dari gedung kisahnya sebagai teroris nan merasa bersalah lantaran kejadian masa lampau serta anak nan mau menuntut balas atas kematian ayahnya, karakter nan terlalu ambisius dan berkelakuan bak pembantu membikin keduanya sangat tidak likeable. Tak hanya itu, minimnya ancaman nan disajikan keduanya membikin eksistensi mereka terasa semakin sia-sia, terutama lantaran para protagonisnya kelewat resourceful.

Terlepas dari semua itu, teknis nan disuguhkan dalam ‘Resident Evil: Death Island’ ini tampak lebih baik dibanding ‘Resident Evil: Vendetta’. Sinematografi nan tampak fast-paced menyesuaikan dengan segmen laganya, didukung dengan choreography yang lebih organized memberikan keseruan dalam beragam sajian action-nya. Meski begitu, nuansa horror yang ditampilkan pada movie CGI terbaru dalam seri ‘Resident Evil’ ini sangat minim, membuatnya seakan hanya datang sebagai action flick lain seperti prekuelnya 2017 lalu.

‘Resident Evil: Death Island’ tampil dengan redemption arc yang ditujukan untuk Jill Valentine setelah tidakhadir dalam waktu lama.

Terlepas dari serunya beragam action yang disajikan seiring durasinya, banyaknya referensi nan merujuk ke seri ‘Resident Evil’ membikin movie ini terasa tak ramah secara plot untuk penonton awam, serta antagonis nan ditampilkan soulless membuat movie ini cukup kehilangan keseruannya.