Slowdive merupakan band shogaze legendaris asal Inggris nan menjadi bagian dari meramaikan musik dalam skenanya pada era 80an akhir. Dikenal dengan musik mereka nan dreamy dan ethereal, mereka menciptakan perpaduan unik antara gitar nan diredam dengan reverb, melodi nan variatif, dan vokal nan berbisik lembut.
Album-album berpengaruh mereka seperti “Souvlaki” (1993) dan “Just for a Day” (1991), telah mencerminkan kualitas introspektif nan menjadi karakter unik dari aliran musik Slowdive. Rachell Goswell, Neil Halstead, Christian Savill, Nick Chaplin, dan Simon Scott, mempunyai kekuatan dalam merangkai musik nan gaib, menghipnotis, diibaratkan sebagai pengalaman day dreaming nan bagus dan immersive.
Termasuk unit nan tidak banyak merilis album pada awal karirnya, Slowdive sempat reuni pada tahun 2010, mendeklarasikan posisi mereka sebagai perintis shoegaze nan tetap berdiri. Mengukuhkan pengaruh kekal mereka pada musik pengganti dan dream pop. Kini, Slowdive kembali lagi dengan album kelima mereka, “Everything Is Alive” nan rilis pada 1 September 2023.
The Gist:
“Everything Is Alive” menjadi album nan memadukan karakter unik Slowdive dari masa lampau dengan cita rasa nan terasa lebih ‘kini’ dengan pesan bakal awal nan baru. Album ini terdengar akrab, menimbulkan nostalgia pada skena shoegaze dari masanya, namun tetap mempunyai subtstansi dari masa kini, lantaran pada akhirnya ini adalah karya terbaru Slowdive dimana para member telah memasuki usia 50an.
Ini juga menjadi album emosional dengan sentuhan sentimen kekeluargaan. Didedikasikan oleh ibu Rachell Goswell dan ayah Simon Scott nan keduanya berpulang pada 2020 lalu.
Album ini menjadi gambaran emosi di persimpangan, diisi dengan beragam pengalaman. Dimana setiap melodi membawa kebijakan dewasa dan sentuhan bakal harapan. “Everything Is Alive” memilki presentasi seimbang antara berkabung dan bersyukur. Menyelimuti pendengarnya dengan luapan emosi nan melankolis, namun juga mempunyai momennya untuk membikin kita melayang dan merasakan daya positif.
Dalam “Everything Is Alive”, semuanya terasa hidup, ini adalah eksplorasi kehidupan dan sentuhan pengalaman dalam setiap pemberhentiannya.
Sounds Vibe:
Dalam segi musikal, “Everything Is Alive” memperdengarkan perpaduan menarik antara penelitian electronic dan gitar reverb unik mereka. Halstead sendiri memaparkan dalam press resmi, album ini mempunyai dikonsep sebagai proyek eletronic music nan lebih minimalis. Pengaruh komponen elektronik tetap terjalin dalam komposisi, beriringan dengan komponen gitar reverb, menciptakan nuansa cukup baru bagi Slowdive.
Kita bisa mendengar sebagai dari kesederhanaan, hasil dari penyesuaian konsep minimalis nan melahirkan komposisi nan fresh. Album ini dimulai dengan alunan synthesizer ibaratkan kabut nan mengundang pedengarnya masuk ke dalam “Everything Is Alive”, kemudian bersambut dengan gitar unik Slowdive nan memberikan selamat datang pada pendengar setianya.
Track seperti ‘chained to a cloud’ menjadi salah satu trademark untuk bunyi dari album ini. Dengan komposisi layer dan pola repetitif, serta satu lirik nan mengapung dalam musiknya. Kemudian ada track ‘kisses’, menjadi salah satu sample emosi nan pas dalam mendefiniskan rekaman ini sebagai sesuatu nan gelap namun juga penuh harapan.
Best Tracks:
Album ini terangkai dari delapan lagu, tiga di antaranya sebagian besar tanpa lirik, dan terdengar seperti koleksi pribadi. Seperti syair-syair dari kitab harian nan Halstead dan Goswell ijinkan untuk kita baca. Sulit memilih track terbaik secara terpisah dari album ini lantaran “Everything Is Alive” merupakan presentasi musik shoegaze dalam format murninya; kolektif dari beragam track instrumental, bersambut dengan syair-syair dalam lautan musik ethereal nan samar-samar antara awal dari akhir.
‘shanty’ menjadi track dengan synthesizer nan ritmis, mempunyai sedikit nuansa shoegaze lama dengan gitar nan penuh dengan pengaruh reverb. Di beberapa bagian album, kita juga bisa mendengarkan melodi post-rock seperti dalam track instrumental ‘prayer remembered’.
Sementara dalam lagu ‘alife’ dan ‘kisses’, kita bisa mendengarkan sentuhan ala new wave. Lagu-lagu dalam album baru ini secara umum lebih pendek, sekitar empat hingga enam menit. Lebih singkat daripada album Slowdive sebelumnya.