Sound of Metal Review: Teriakan Emosi dalam Keheningan Seorang Drummer

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Sound of Metal sudah menjadi pembicaraan sebagai salah satu movie terbaik semenjak tayang di Toronto Film Festival 2019. Film ini awalnya dijadwalkan rilis di bioskop pada 14 Agustus 2020, kemudian mundur menjadi 20 November, hingga akhirnya rilis di Prime Video pada 4 Desember kemarin.

Film ini menjadi feature movie debut bagi sutradara Darius Marder. Bersama dengan saudaranya, Abraham Marder, Ia menulis naskah movie ini nan hendak mengangkat rumor disabilitas khususnya pada orang tunarungu.

Dibintangi oleh Riz Ahmed nan berkedudukan sebagai Ruben Stone, seorang drummer metal nan mengalami tuli mendadak. Sebagai musisi, indera pendengaran pastinya sangat esensial, perihal tersebut membikin Ruben terjebak dalam mimpi jelek dan rasa kekecewaan nan tidak bisa kita bayangkan. Sound of Metal merupakan movie nan didedikasikan secara maksimal untuk memahami beragam info krusial seputar tunarungu.

The Sound of Metal Review

Amazon Studios

Menyajikan Pengalaman dan Pemahaman Tentang Tunarungu Secara Artistik

Buat nan sudah menonton What They Don’t Talk About When They Talk About Love, Sound of Metal mempunyai objektif nan serupa; memberikan pengalaman pada penonton tentang disabilitas melalui produksi film.

Sound of Metal merangkum segala info nan patut dipahami seputar bumi tunarungu. Mulai dari ketakutan dan sungguh frustasinya ketika seseorang kehilangan pendengaran, hingga upaya untuk mengatasi masalah mental daripada berupaya keras mencari pengganti penyembuhan.

Ada tiga babak utama nan bisa digaris bawahi dalam movie ini nan bakal kita saksikan dari perspektif pandang Ruben. Kita bakal merasa relevan dengan Ruben nan juga tidak tahu apa nan kudu dilakukan jika tuli mendadak.

Tak hanya secara naratif, movie ini didesain untuk memberikan pengalaman pada penontonnya melalui sound effect. Mungkin ada untungnya juga movie ini rilis di platform streaming, kita jadi bisa menggunakan headset untuk lebih mendengarkan apa nan didengar oleh orang tuli. Dengan mengalami, maka kita bakal memahami, jika itu objektif utama Sound of Metal, mereka telah sukses mengeksekusi tujuan tersebut melalui movie nan artistik.

Menonton movie ini juga bisa menimbulkan kesadaran bakal pentingnya menjaga kesehatan indera pendengaran kita. Karena sekalinya pendengaran kita hilang, tidak ada langkah nan bisa diambil untuk mengembalikannya seperti semula.

The Sound of Metal Review

Amazon Studios

Riz Ahmed nan Bersinar Sebagai Aktor Utama

Riz Ahmed merupakan salah satu tokoh berbakat nan selalu mengeksekusi peran nan dia dapatkan dengan maksimal. Mulai dari Nightcrawler (2014), serial The Night Of (2016), apalagi movie dengan naskah sepayah Venom (2018), Riz Ahmed selalu memberikan penampilan terbaik seperti kesempatan tersebut adalah kesempatan untuk membuktikan potensinya.

Sound of Metal bisa menjadi momen dimana pengakuan nan selama ini Ia cari akhirnya mendapatkan sorotan. Memerankan karakter dengan disabilitas selalu menjadi tantangan bagi setiap tokoh tanpa kondisi unik tersebut, dan Riz telah menyakinkan kita bahwa dirinya betul-betul tuli dalam movie ini. Tak hanya melalui luapan emosi nan menuntut akting frontal, namun juga melalui banyak frame close up nan memperlihatkan pemikiran Ruben tanpa perlu diungkapkan dengan kata-kata. Kita bakal merasa tergugah dengan perkembangan Ruben dari nan awalnya frustasi, kecewa dengan ekspektasi, hingga pada akhirnya bisa menerima keadaan.

Penampilan Riz Ahmed dalam movie ini sangat patut diberi apresiasi tinggi, apalagi sangat berpotensi untuk masuk dalam kategori Best Actor di Oscar 2021. Sound of Metal bisa menjadi momen puncak dari karir akting Riz Ahmed ke level selanjutnya.

SOUND OF METAL

Amazon Studios

Produksi nan Fokus pada Eksekusi Sound Effect

Ada tiga unsur utama nan membikin movie ini memberikan pengalaman sempurna seputar bumi tunarungu; penulisan naskah, akting tokoh utama, dan sound effect. Akting menyakinkan Riz Ahmed sebagai tunarungu merupakan pengalaman secara visual, sementara sound effect nan disajikan mendukung pemahaman penonton secara audio.

Akting dan sound effect nan ditampilkan dalam movie ini mempunyai sinkronisasi sempurna. Sehingga sukses memberikan pengalaman nan akhirnya memberikan pemahaman pada penonton. Memang bukan pengalaman nan menyenangkan, kita bakal akan merasakan ketenangan nan menakutkan, hingga lengking kebisingan nan membikin kepala pusing. Transisi antara audio normal menuju distorsi dan keheningan juga di-mixing dengan sangat mulus.

Sound of Metal nyaris tidak mempunyai scoring, sepanjang film, kita bakal lebih banyak mendengar kekontrasan antara audio dari perspektif pandang orang tuli dan normal. Sound effect unik nan dihadirkan pada segmen tertentu juga tidak hanya asal diulang-ulang, namun memang memberikan prinsip dan pemahaman nan berbeda di setiap adegan-nya. Untuk produksi sinematografi dan lainnya, termasuk standard, namun keputusan nan tepat untuk memberikan highlight pada unsur produksi lain nan lebih spesifik.

Secara keseluruhan, Sound of Metal merupakan salah satu movie nan tak hanya bagus sebagai karya seni, namun juga memberi koleksi titel berarti dalam sejarah perfilman. Sangat menggugah ketika seorang filmmaker memanfaatkan produksi movie modern untuk menghadirkan pengalaman seperti dalam movie ini, dengan tujuan memberikan pemahaman nan tidak mudah kita dapatkan hanya dengan mendengar cerita secara naratif.