Bagi sebagian besar orang, rasa penasaran adalah satu perihal nan dapat mendorong mereka untuk melakukan beragam tindakan nan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Akan tetapi, ada beberapa aktivitas nan sepertinya lebih baik untuk tidak diketahui lantaran akibat mengerikan nan ditimbulkan setelahnya. Mudahnya, konsentrasi pada movie ‘Talk to Me’ mengarah kepada perihal itu.
‘Talk to Me’ merupakan movie usungan A24 nan sebelumnya mempopulerkan ‘Hereditary’, ‘Midsommar’ dan ‘The Lighthouse’. Diarahkan oleh Danny dan Michael Philippou serta membawa Sophie Wilde sebagai salah satu pemeran utamanya.
Film ini bercerita tentang sekelompok orang nan mencoba ritual misterius dengan pernak-pernik berbentuk tangan untuk berkomunikasi dengan beragam roh lembut dan menjadi ketagihan untuk melakukannya berkali-kali. Akan tetapi, kesenangan dari aktivitas tersebut menjadi petaka kala adanya kecelakaan nan menuntut korban untuk dibawa ke alam roh.
Dalam narasinya, ‘Talk to Me’ bergerak secara linear dengan opening sequence yang memberikan gambaran singkat mengenai kejadian mengerikan, seakan memberikan foreshadow pada plot utama di movie ini. Meski begitu, movie seram perdana pengarahan Danny dan Michael Philippou ini tampak tetap menyematkan momen-momen berisi eksposisi dan flashback untuk menjustifikasi beberapa bagian cerita, meski memang porsi ini tidak nan jor-joran ditampilkan seiring durasinya.
‘Talk to Me’ seakan tampil sebagai corak satir dari tindakan orang-orang nan kerap meremehkan hal-hal misterius dan menjadikannya sebagai salah satu langkah untuk menghadirkan sensasi di media sosial, memberikan pengaruh viral setelahnya.
Tak hanya itu, movie seram asal Australia ini juga menyentil komunikasi dalam keluarga, membikin movie tampak memberikan kesan hangat di tengah teror nan dihadirkan dalam pemutarannya.
Terlepas dari narasinya nan terasa membumi, ‘Talk to Me’ tidak lupa dengan pembawaan dasarnya sebagai movie horor. Alih-alih tampil mengandalkan jumpscare seperti beberapa movie seram modern, movie nan dibintangi Sophie Wilde ini banyak bermain dengan perihal misterius dan aksi-aksi mengerikan. Tak dapat dipungkiri, movie ini banyak menampilkan penampakan roh nan memberi kesan menakutkan. Namun, penampilan mereka sendiri hanya mempengaruhi berjalannya cerita, bukan untuk menakuti penonton.
Ketakutan sesungguhnya nan dihadirkan dalam movie ini adalah melalui tindakan-tindakan asing dan membikin tegang, mulai dari kepala nan ditabrakkan ke perabotan alias dinding, sampai adanya upaya untuk mencongkel mata nan sukses membikin bulu kuduk bergetar ria.
Yang tak disangka-sangka, pembawaan para karakter oleh ensemble cast dalam ‘Talk to Me’ terbilang cukup bagus, terlepas dari nama-nama pemeran nan tidak familiar bagi penonton di Indonesia. Sophie Wilde tentu nan paling menonjol sebagai Mia dengan rangkaian cakupan emosinya.
‘Talk to Me’ sendiri tampak dibuat dengan teknis nan mencoba maksimal meski dengan bujet nan sepertinya terbatas. Pembawaan color tone yang condong cool, set design dengan nuansa urban di Australia, serta sinematografi nan banyak bermain dengan steady shot tertampil dengan baik. Tak hanya itu, scoring adalah aspek terbaik dalam movie ini, membikin beragam momen seram terasa lebih hidup dan meningkatkan kesan tegang serta menakutkan bagi penonton seiring waktu.
Akhir kata, ‘Talk to Me’ adalah movie seram rasa satir mengenai bahayanya berurusan dengan alam roh demi mencari kepuasan dan popularitas. Dengan representasi urban-nya nan diiringi dengan drama membumi, movie ini cukup sukses dalam menebar ketakutan dan layak untuk dinikmati di layar lebar.