Sebagai sutradara nan dikenal lantaran telah menelurkan karya-karya terbaiknya seperti “Se7en” (1995), “Fight Club” (1999) dan “Zodiac” (2007), David Fincher dianggap unik sebagai filmmaker ahli untuk aliran psychological thriller.
Namun sebaga filmmaker senior, orang-orang jarang ada nan membicarakan drama romansa karyanya nan cukup fenomenal, ialah “The Curious Case of Benjamin Button” (2008). Film ini diadaptasi dari cerita pendek F. Scott Fitzgerald dengan titel sama nan ditulis pada tahun 1922.
Petualangan Benjamin Button nan Dilahirkan dengan Kondisi Fisik Langka
“The Curious Case of Benjamin Button” bercerita seorang anak nan dibuang oleh sang ayah ke sebuah panti jompo setempat lantaran kondisi fisiknya nan aneh. Anak itu lahir dengan kulit keriput, tulang nan rentan dan mata katarak, persis layaknya seorang lansia. Anak itu dinamai Benjamin Button (Brad Pitt).
Di panti jompo, Benjamin Button dirawat oleh Queenie (Taraji P. Henson) nan merupakan pengurus panti. Di panti jompo itu, Queenie menyadari bahwa Benjamin Button menderita suatu kondisi bentuk langka nan mana saat orang lain bertambah tua, bentuk Benjamin Button malah terlihat semakin muda dan semakin tampan.
Tumbuh besar di panti jompo, Benjamin Button berjumpa dengan Daisy (Cate Blanchett), nan kelak menjadi sahabat sekaligus tambatan hatinya.
Beberapa tahun kemudian, Benjamin Button tumbuh dengan bentuk nan semakin muda dan bekerja di dermaga New Orleans. Sedangkan wanita idamannya, Daisy telah tumbuh menjadi seorang penari professional di New York. Saat bekerja di kapal itulah petualangan Benjamin Button dalam mencari makna cinta, persahabatan serta kehidupan pun dimulai.
“The Curious Case of Benjamin Button” menjadi salah satu movie drama terbaik karya David Fincher dengan cerita nan cukup kompleks, karakter idiosinkratik, serta sarat bakal makna sebenarnya ari cinta dan kehidupan.
Kendatipun kisah unik Benjamin Button merupakan karangan penulis klasik F. Scott Fitzgerald, David Fincher dan Eric Roth sebagai penulis naskah movie ini sukses menghidupkan kisah drama roman ini menjadi lebih hidup melalui sinema.
David Fincher selaku sutradara sukses mengarahkan movie ini dengan penuh emosi dan perhatian nan luar biasa terhadap perincian dan tempo. Lalu di departemen penulisan naskah, Eric Roth nan sebelumnya juga terlibat dalam penulisan naskah “Forrest Gump” (1994) juga sukses memuat susbtansi cerpen karya F. Scott Fitzgerald ke dalam format film.
Plot Kilas Balik
Seperti karya-karya David Fincher sebelumnya, “The Curious Case of Benjamin Button” mempunyai plot cerita nan unik. Dalam film, plot dibuat maju mundur. Plot kilas kembali ini dituturkan melalui jurnal harian milik Benjamin Button nan dibacakan oleh Caroline, putri dari Daisy. Jadi, perspektif pandang movie ini tidak hanya dari Benjamin Button, melainkan juga didominasi oleh perspektif pandang dari Daisy.
Namun nampaknya movie ini merupakan jenis movie nan kurang cocok dinikmati di kala kondisi tubuh sedang lelah. Hal ini dikarenakan movie ini berdurasi 2 jam 46 menit, serta mempunyai alur nan cukup lambat.
Kendati terkesan lambat, sejak “Forrest Gump” rasanya “The Curious Case of Benjamin Button” menjadi sebuah movie nan bisa membangun cerita secara perlahan sedemikian manis dan ringan, serta sukses mengisahkan suka duka perjalanan hidup sang tokoh utama.
Visual nan Realistis
“The Curious Case of Benjamin Button” juga dapat dibilang cukup sukses lantaran pencapaian teknisnya. Sepanjang film, kita bakal disuguhi scene-scene menawan dengan komposisi visual nan bagus unik David Fincher. Tentu dengan didukung penataan set kota nan cukup meyakinkan bahwa cerita terjadi pada era Perang Dunia I hingga II.
Aspek lain nan patut diapresiasi dari movie ini adalah tata riasnya. Departemen tata rias bisa manampilkan visual wajah Benjamin Button muda nan dipenuhi keriput tanpa menghilangkan karakter wajah Brad Pitt sebagai sang aktor. Proses perubahan Benjamin Button nan semakin muda dari waktu ke waktu juga dibuat secara visual dengan sangat meyakinkan. Tidak heran, movie ini menyabet penghargaan Academy Awards for Best Production Design.
Overall, “The Curious Case of Benjamin Button” menjadi movie drama nan wajib ditonton bagi para fans David Fincher alias Brad Pitt. Banyak nan bisa dipelajari dari karakter Benjamin Button.
Perjalanan Benjamin Button mengingatkan kita bahwa perihal terbaik nan bisa kita lakukan adalah menjalani hidup sebaik mungkin sebagai anugrah serta selalu berterima kasih atas orang-orang nan kita temui di sepanjang perjalanan hidup kita.