Sudah 25 tahun semenjak The Hives meledak di skena musik bumi dengan album pertama mereka “Barely Legal” pada 1997. Sepanjang masa ini, unit rock asal Swedia ini telah keliling dunia, tak pernah kandas membikin penikmat musik revival punk bersenandung dengan musik unik mereka nan selalu memancarkan kecerian serta semangat pemberontakan.
Namun setelah satu dasawarsa hiatus, The Hives kembali dengan album terbaru 2023 ini, “The Death of Randy Fitzsimmons”. ‘Randy Fitzsimmons’ menjadi sosok fiksi misterius, disebut sebagai ‘member kehormatan keenam’ dari The Hives (yang kita ketahui selama ini hanya branggotakan lima personil). Dimana dia bertindak sebagai manajer dan penulis lagu dari lagu-lagu The Hives selama ini.
Ketika banyak band dari era 90an sampai 2000an nan baru-baru ini kembali, memperdengarkan materi dan style bermusik nan berbeda, Howlin’ Pelle Almqvist berbareng personil lainnya tetap tampil sama persis dengan The Hives nan selama ini kita kenal.
The Gist:
“The Death of Randy Fitzsimmons” menandai kembalinya unit ini dalam skena musik rock nan dinamis. Setiap lagu nan diperdengarkan menjadi campuran karakter unik band ini dari kekacauan nan terartur, fusion sempurna antara agresi dan kematangan bermain-main yan mengingatkan kita pada jati diri musik mereka sejak awal.
Daripada The Hives nan berupaya mengikuti zaman, kita pendengar nan ditarik kembali ke musik The Hives nan tidak mengalami perubahan (hampir sama sekali tidak ada perubahan) setelah kepergiannya nan lama. Hanya untuk mendeklarasikan mastermind misterius mereka selama ini, Randy Fitzsimmons telah meninggal.
Dari segi lirik, album ini memancarkan kecerian nan penuh keyakinan, lepas dari tema kematian dan seram nan dipilih. Daripada perjalanan nostalgia nan meredup, album ini menjadi seremoni kekacauan masa muda.
Lagu-lagu seperti ‘Crash Into The Weekend’ dan ‘The Bomb’ adalah kilasan kegilaan remaja nan berapi-api, menjadi kerinduan nan tak terpuaskan terhadap kenakalan nan terbatas. Namun adapula track seperti ‘What Did I Ever Do To You?’ menyelami tema nan lebih dalam, menggambarkan kemerosotan hubungan dan kehampaan.
Sound Vibes:
“The Death of Randy Fitzsimmons” tetap mengusung aliran nan membesarkan The Hives selama dua dasawarsa ini, garage rock, punk, dengan polesan revival nan membikin band ini paling menonjol dalam skenanya. Kita bakal tetap mendengar track-track dengan cita rasa ‘Walk Idiot Walk’, ‘Come On’, I Hate to Say I Told You So’ dan track-track punk garage catchy nan tak pernah kandas membikin kita melompat seirima. Dengan sedikit penelitian pada track tertentu, dimana tidak terlalu mendominasi tracklist.
Tracklist album mengalir lancar, dengan setiap track terdengar menyatu dengan track berikutnya, menyulut semangat punk nan membara sepanjang rekaman. Seperti nan telah disebutkan sebelumnya, nan membedakan The Hives dengan band garage dan punk lainnya adalah keahlian mereka untuk mempresentasikan kekacauan nan terstruktur, menghasilkan lagu-lagu nan catchy dan mengundang pendengarnya. Kekuatan itu tetap dipegang oleh unit ini.
Best Tracks:
‘Bogus Operandi’ menjadi track pembuka nan percaya diri memperdengarka musik The Hives nan tidak berubah, track ini menjadi single nan menyambut dan dicintai oleh penggemar. Semangat terpancar melalui ‘Bogus Operandi’, menandai nada untuk kelanjutan tracklist, memperdengarkan komposisi unik The Hives antara punk dan garage rock. Dengan melodi nan tak tertolak dan vokal Almqvist nan tetap terdengar sama seperti terakhir kali kita mendengarnya; tetap bisa berteriak lantang dan bersemangat.
‘Countdown to Shutdown’ juga menjadi single dari album ini nan lantang dan nge-groove. Terutama lantaran bassline dari The Jonah and Only nan kali ini menjadi bintang utama dalam aransemen musik.
Melalui media kita mengetahui bahwa The Hives dan Arctic Monkeys kerap tampil berbareng dalam tour. Menimbulkan dugaan bahwa ‘What Did I Ever Do To You?’ sepertinya terinspirasi dari ‘Do I Wanna Know?’. Karena track ini menjadi satu-satunya nan lirik dan pengarahan musiknya berbeda dengan lagu-lagu lainnya. Riff gitar nan diperdengarkan juga terdengar cukup serupa dengan hits Arctic Monkeys tersebut. Bukan nan terbaik dalam album ini, namun terlalu disticnt dan menarik untuk kita lewatkan begitu saja.
Mungkin hanya The Hives nan bisa membikin track punk pendek hanya untuk kita memohon lebih. ‘The Bomb’ dan ‘Step Out Of The Way’ menjadi dua track pendek nan meledak, penuh semangat, dan catchy. Memiliki pesona nan serupa dengan ‘Come on!’ dan ‘Dead Quote Olympics’.
The Hives menyatakan bahwa lagu-lagu dalam “The Death of Randy Fitzsimmons’ ditemukan dalam peti meninggal kosong, mengikuti rician nan ditemukan dalam obituari manajer mereka, Fitzsimmons nan misterius. Setelah tidakhadir selama 11 tahun, The Hives bergegas kembali ke studio dengan style kacau ala mereka.
Ini saatnya generasi muda (dan fans lama) kembali menikmati dosis besar dari musik klasik The Hives, penuh gairah, kecerian, apalagi personil The Hives tetap tampil komplit dengan setelan jas unik mereka. Dimana ini menjadi corak dari tribute Randy Fitzsimmons nan sempurna. Bagi kita nan merindukan pesta garage punk bebas hambatan, “The Death of Randy Fitzsimmons” merupakan pemakaman sekaligus seremoni punk rock nan mengundang pendengarnya.