“The Last Voyage of the Demeter” merupakan movie seram terbaru dari sutradara Andre Ovredal. Dibintangi oleh Corey Hawkins, Aisling Franciosi, Liam Cunningham, David Dastmalchian, dan Javier Botet. Di tengah-tengah tren movie seram berlatar modern di Hollywood, “The Last Voyage of the Demeter” menghadirkan materi klasik.
Film ini merupakan bagian dari penyesuaian “Dracula” oleh Bram Stoker, khususnya chapter ‘The Captain’s Log’. Diterjemahkan sebagai catatan kapten kapal Demeter, berkepentingan dengan awal mula kemunculan sosok Dracula.
Demeter adalah kapal pikulan nan dipimpin oleh Kapten Eliot. Clemens adalah master nan mengalami diskriminasi lantaran warna kulitnya, akhirnya menumpang di kapal Demeter. Musibah misterius mulai terjadi ketika seorang gadis berjulukan Anna ditemukan di kapal sebagai ‘penumpang gelap’.
Survival Horror di Atas Kapal dari Teror Dracula
Premis “The Last Voyage of the Demeter” sangat sederhana; teror Dracula pada segenap awak kapal Demeter. Setelah segmen prolog dan babak pertama nan berlatar di daratan, sebagaian besar movie ini banyak nan belatar di atas kapal, di tengah lautan lepas. Menjadi latar survival horror bernuansa folklore dengan tema klasiknya. Ini sebetulnya menjadi tema seram nan distinct di antara rilian-rilisan terbaru seperti “Talk to Me”, “Megan”, “Smile” dengan latar modern.
Menonton movie ini di bioskop membikin kita serasa menaiki wahana kapal horor. Subyek dan objek dalam skenario seram ini juga jelas. Awak-awak kapal nan terjebak di tengah laut sebagai mangsa, serta Dracula sebagai teror di malam hari.
Meski prolognya telah mengindikasikan nasib akhir dari kapal Demeter, sempat timbul penasaran gimana kronologi tragedinya. Sayangnya, sebagai movie seram dengan plot linear, backstory dari Dracula kurang dieksplorasi melalui dialognya. Melihat ini semestinya menjadi skenario semi-origin dari Dracula.
Menegangkan untuk Beberapa Saat Hingga Adegan Terasa Repetitif
Memasuki babak kedua, teror sosok Dracula nan dipresentasikan secara berjenjang sempat menghadirkan ketegangan. Mulai dari insiden-insiden nan tidak terindentifikasi, hingga akhirnya kehadiran sang monster penghisap darah mulai disadari oleh setiap karakter. Pada babak ini pula, eksekusi jumpscare dengan build up suspense tetap sukses melakukan triknya untuk mengagetkan penonton. Hingga akhirnya kita mulai terbiasa dengan pola nan repetitif.
Setelah memandang rutinitas mereka nan sama setiap hari dalam menghadapi teror Dracula, kita juga tidak terlalu memandang perubahan dari rencana mereka untuk memperkuat hidup dan menyelesaikan masalah nan dihadapi. Setidaknya tidak terlihat dalam narasi naskah nan rapi.
Penulis naskah terlihat seperti kelabakan untuk merangkai cerita survival nan betul-betul menegangkan. Akhirnya mulai menggunakan trik karakter-karakter nan membikin keputusan tolol agar plot pembantaiannya terus berjalan.
Akting Memikat Namun Desain Produksi Kurang Berkesan
Salah satu kelebihan dari “The Last Voyage of the Demeter” adalah kualitas akting pemainnya. Corey Hawkins sebagai protagonis dan Aisling Franciosi tampil unggul. Bahkan tokoh cilik Woody Norman sebagai Toby dengan penampilan naif nan memberikan ragam dalam emosi awak kapal Demeter.
Liam Cunningham semestinya bisa menjadi protagonis, mengingat dia adalah Kapten Eliot dan kisah ini adalah penyesuaian dari catatannya. Entah kenapa Clemens nan malah jadi protagnisnya, jadi terlihat ada agenda ras nan terasa dimasukan dalam skenarionya. Namun tidak terlalu mengganggu, hanya membikin narasi movie ini tidak konsisten dalam aspek kontinuitas.
Sebetulnya set kapal Demeter di tengah laut, dengan beberapa segmen angin besar sudah mempunyai presentasi nan berkualitas. Tata rias prostetik untuk luka pada korban dan adegan-adegan diagram penuh kekerasan nan mengerikan juga menjadi penambah komponen thriller dalam beberapa adegan.
Kualitas CGI juga sudah memenuhi standar perfilman masa kini. Sayangnya, untuk sinematografi dan musik latar, movie ini tidak memberikan sesuatu nan berkesan. Dalam adegan-adegan teror di malam hari juga terlihat terlalu gelap.
Pada akhirnya, “The Last Voyage of Demeter” tetap layak tonton sebagai wahana seram berlatar di kapal dengan teror Dracula. Meski dalam kualitas naskah tetap kurang mantap untuk menjadi salah satu movie seram terbaik tahun ini.