The Sound of Music Review: Musikal Klasik Terikonik yang Tak Lekang oleh Waktu

Sedang Trending 8 bulan yang lalu

“The Sound of Music” (1965) merupakan movie musikal klasik paling ikonik. Disutradarai oleh Robert Wise nan memenangkan Best Director pada Academy Awards ke-38, movie ini juga dinobatkan sebagai Best Picture.

Film ini diangkat dari memoar berjudul “The Story of the Trapp Family Singers” oleh Maria von Trapp pada 1949. Dibintangi oleh Julie Andrews dan Christopher Plummer.

Dikisahkan Maria adalah seorang biarawati muda nan periang dan doyan menyanyi. Ia dikirim untuk merawat anak seorang perwira angkatan laut sekaligus duda dengan tujuh anak nan susah diatur. Dengan kesabaran dan ketulusan Maria, dia pun sukses menaklukan hati anak-anak kurang kasih sayang tersebut, sekaligus mencuri hati dari ayah mereka, Kapten von Trapp.

The Sound of Music

Drama Musikal Keluarga dengan Cerita nan Ceria dan Hangat

Meski diangkat dari pengalaman family von Trapp nan nyata, “The Sound of Music” merupakan jenis dramatisir dengan bebatan komponen musikal. Genre nan sangat terkenal di Hollywood pada era 60an. Ada cukup banyak situasi nan bakal memberikan kita dugaan bakal bentrok besar. Mulai dari kekerasan hati Kapten von Trapp, kehadiran kekasih baru Kapten von Trapp, hingga akhirnya upaya family von Trapp untuk kabur dari Eropa akibat Nazi nan mulai mendominasi tempat tinggal mereka.

Namun, “The Sound of Music” adalah family comfort movie tanpa bentrok nan merusak mood. Seperti kebanyakan movie musikal pada eranya, movie seperti ini mempunyai visi sebagai sajian menghibur dan menghangatkan hati penontonnya. Plot nan sederhana dan kronologis menjadi wadah untuk presentasi musikal nan menggugah. Mulai dari sinematografi, koreografi, dan pastinya penampilan menyanyi setiap aktris dan aktornya.

“The Sound of Music” merupakan movie musikal nan menggambarkan pasar Hollywood pada era tersebut. Oleh lantaran itu sukses dan direkam oleh sejarah sebagai movie klasik nan ikonik. Meski dapat dipahami bahwa penikmat movie modern mungkin banyak nan menganggap movie ini overrated. Kalau seperti movie ini rilis saat ini, mungkin tidak se-hype pada masanya.

Mengingat juga pada era tersebut, movie secara umum dianggap pure sebagai hiburan. Berbeda dengan masa sekarang nan mulai diselipi dengan rumor sosial dan plot nan kompleks lantaran perkembangan para filmmaker dalam menulis naskah. Dimana era modern memang condong lebih tertarik dengan materi nan raw, gelap, apalagi brutal. Padahal tak ada salah juga ketika movie hanya berisi materi nan senang dan ceria seperti “The Sound of Music”.

The Sound of Music

Panorama Perbukitan Austria nan Mempesona dan Menggugah

Adegan pembukaan “The Sound of Music” bisa jadi salah satu segmen pembukaan terbaik di Hollywood. Melihat Julie Andrews menari dan menyanyi di perbukitan Salzburg, Austria, dia langsung mendominasi movie sebagai protagonis nan memikat. Kemudian diiringi dengan prelude ‘The Sound of Music’ nan menggugah, berpadu dengan pemandangan bukit hijau nan alami.

Film ini melalui proses syuting di beragam letak eye candy di Salzburg. Selain pada segmen pembuka, kita juga bakal memandang beberapa segmen di perbukitan lagi seiring berjalannya film.

Satu lagi letak ikonik dalam movie ini adalah kediaman mewah family von Trapp. Dimana sebagian besar segmen di ambil di properti Eropa nan megah tersebut. Mulai dari ruang pesta, rumah kaca di taman rumah, hingga pemandangan sungai di sisi kediaman nan semakin menambah pesona kediaman family von Trapp. Setiap perspektif letak dalam movie ini sangat bagus apa adanya.

Melihat movie musikal masa sekarang seperti “La La Land” (2016) hingga “West Side Story” (2021), presentasi sinematografi mereka kudu tampilkan kualitas top notch untuk menarik perhatian penonton. “The Sound of Music” apalagi tidak mempunyai kualitas visual secanggih film-film modern tersebut, namun tetap memikat sebagai movie klasik nan tak lekang oleh waktu.

Penampilan Terikonik Julie Andrews

Julie Andrews merupakan aktris nan sangat terkenal pada era 60an. Ia juga menjadi bintang utama dalam movie musikal lainnya seperti “Cinderella” (1957), “Mary Poppins” (1964), dan beberapa movie lainnya. Namun penampilannya dalam “The Sound of Music” menjadi nan paling ikonik di Hollywood. Ia tampil sebagai aktris bertalenta dengan kharismanya, aktingnya, nyanyiannya, serta tariannya.

Sebagai karakter nan mencuri hati tujuh anak tanpa ibu sekaligus ayah mereka, Maria juga kudu sukses mencuri hati penonton. Julie Andrews sukses menyakinkan kita bahwa dia memang karakter nan mudah dicintai dalam kisah family von Trapp ini.

Chemistry antara Maria dan Kapten von Trapp memang cukup prematur, namun tetap acceptable. nan terpenting adalah gimana Maria menampilkan chemistry nan menghangatkan hati dengan ketujuh aktris/aktor muda dalam kisah ini. Dimana kita bakal melihatnya menjadi sosok penghibur, panutan, sekaligus pelindung ibaratkan malaikat penyelamat.

“The Sound of Music” tetap patut menyandang predikat sebagai movie musikal klasik terbaik. Meski movie ini memang tidak untuk semua orang, terutama audience modern nan kurang menyukai aliran musikal dengan drama family nan terlalu klise. “The Sound of Music” bisa di-streaming di Disney+ Hotstar.