Tahun 2020 jadi tahun penuh kejutan. Orang-orang nan terbiasa mengawali tahun dengan membikin perencanaan, tentu bisa memandang sungguh banyak rencana nan berantakan. Salah satu nan bisa sangat mengesalkan adalah agenda melancong nan terpaksa dijadwalkan ulang, apalagi batal.
Namun, atas nama produktivitas dan keharusan beradaptasi, selalu ada hal-hal nan bisa menjadi pilihan sesuai dengan kejadian kekinian. Terkait agenda melancong, virtual tour alias perjalanan virtual pun mulai dijadikan pilihan. Perjalanan virtual adalah penyajian satu letak tertentu dalam corak foto ataupun video.
Selama pandemi Covid-19 melanda dunia, aktivitas virtual memang semakin meningkat. Kebijakan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah membikin bumi virtual adalah pilihan menjanjikan. Terutama dalam memastikan banyak perihal nan biasanya dikerjakan secara offline tetap bisa diselesaikan meski dari rumah, termasuk aktivitas melancong.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis data jumlah kunjungan visitor mancanegara ke Indonesia pada Januari 2020 mengalami peningkatan sebanyak 5,85% dibandingkan dengan persentase kunjungan di Januari 2019. Meski, jika dibandingkan dengan nomor di bulan Desember 2019, maka jumlah kunjungan visitor mancanegara pada Januari 2020 mengalami penuruan sebesar 7,62%.
Penurunan nomor ini besar kemungkinan dipengaruhi oleh penyebaran Covid-19 nan telah merebak ke beberapa Negara di bulan Januari 2020. Untuk bisa berbesar hati di tengah kondisi pandemi, ada banyak perihal nan perlu dimaknai ulang. Jika dulunya berekreasi itu identik dengan mendatangi langsung satu tempat, menghirup udaranya, menyentuh visualnya, berinteraksi dengan segala kehidupan nan ada di tempat itu, maka hari ini jadi jauh berbeda.
Setidaknya, berjamu bisa dimaknai dengan menyaksikan tempat nan kita kunjungi secara virtual, sembari membayangkan kita betul-betul ada di sana. Meski hanya menghirup udara rumah dan tidak bisa menyentuh visualnya, setidaknya aktivitas berinteraksi dengan kehidupan nan ada di satu tempat itu tetap memungkinkan untuk dilakukan meski tidak maksimal.
Di satu kesempatan, saya pernah mengikuti virtual tour ke Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Zoom jadi aplikasi nan digunakan untuk mempertemukan masyarakat setempat dengan para wisatawan. Wisatawan adalah kami nan menjadi peserta aktif, nan mendaftar, mendengar cerita, dan menyaksikan visual menarik, serta mendapat kesempatan untuk bertanya tentang alam NTT nan kami saksikan. Masyarakat setempatlah nan beperan sebagai local guide.
Serupa berekreasi seperti biasanya, local guide memperlihatkan dan menjelaskan dengan seksama tentang eksotisme tenun Sumba. Tidak hanya itu, suasana visual kondisi jalan, rumah adat, apalagi hingga pemandangan mentari terbenam di atas padang savana unik NTT bisa sangat memanjakan mata.
Lebih Aman dengan Perjalan Virtual
Sekali lagi, kita memang perlu memaknai ulang aktivitas berwisata. Pandemi Covid-19 memaksa perjalanan jauh dan berjumpa banyak orang tidak semudah sebelumnya. Selama ada pergerakan manusia, maka tidak ada satupun tempat nan bisa dipastikan kesterilannya dari Covid-19.
Sementara, lokasi wisata adalah ruang nan identik dengan pergerakan manusia nan dinamis. Setidaknya dengan tinggal di rumah, kemungkinan bergesekan dengan barang ataupun orang nan telah terinfeksi virus Covid-19 bisa diminimalisir. Dengan begitu, bukan hanya diri sendiri saja nan dijaga, namun juga kesehatan orang-orang terdekat.
Selain itu, berekreasi sering kali memerlukan modal nan tidak sedikit, baik wisata di dalam negeri, terlebih untuk keluar negeri. Namun untuk sebagian orang, berekreasi adalah moment krusial nan wajib untuk diupayakan di tengah keruwetan pekerjaan. Olehnya, orang-orang semacam ini, biasanya bakal menyisihkan sekian persen dari pendapatannya untuk berwisata.
Pandemi ini akhirnya membikin biaya nan biasanya disisihkan itu tidak digunakan untuk berwisata. Meski ada kemungkinan bakal digunakan untuk keperluan lain, namun juga ada kesempatan untuk mengalihkan biaya berekreasi menjadi biaya tabungan.
Apakah perjalanan virtual itu sepenuhnya gratis? Tentu tidak. Kita tetap perlu menyisihkan biaya untuk pulsa. Selain itu, ada beberapa virtual trip nan memang berbayar. Namun tentunya tidak semahal jika kudu berekreasi langsung.
Tentu, ada nan lenyap dari aktivitas berekreasi seperti biasanya. Namun, perjalanan virtual adalah pilihan nan terbilang kondusif hari ini. Selain itu, bisa jadi ini adalah kesempatan untuk memikirkan kembali rencana perjalanan nan seperti apa nan mau dilakukan saat pandemi selesai.