Wasabi, Si Hijau Pedas Yang Tak Cuma Sebagai Teman Makan Sushi

Sedang Trending 3 tahun yang lalu

Sushi telah menjadi salah satu makanan kegemaran orang Indonesia mulai dari nan premium hingga dijual di kaki lima. Agar lebih mudah diterima lidah orang Indonesia dan lebih terjangkau harganya, seringkali sushi disajikan dengan mayones. Tentu saja ini bukan saus pendamping nan autentik untuk dinikmati dengan sushi.

Kalau mau betul-betul makan sushi seperti orang Jepang, kita perlu menikmatinya dengan wasabi. Si hijau ini umumnya disediakan dalam jumlah sedikit saja untuk dicocol dan menguatkan rasa original dari sushi.

Menurut sejarah, orang Jepang telah makan wasabi sejak 14.000 SM alias sejak era Jomon. Saat itu wasabi belum dibudidayakan. Masih tumbuh liar di Gunung Wasabi. Budidaya wasabi dimulai di era Keicho (1596-1615) ketika seorang masyarakat membawa pulang wasabi dari gunung lampau menanamnya di desa.

Melihat kesuksesan orang tersebut dalam menanam wasabi, masyarakat desa nan lain mengikuti jejaknya. Daerah tempat wasabi pertama kali dibudidayakan tersebut berjulukan Utogi.

Dengan nama latin Wasabia Japonica, sebenarnya wasabi lebih dulu terkenal sebagai obat tradisional bukan ramuan masakan. Penggunaan wasabi sebagai obat herbal telah tercatat sejak era Asuka (538-710 M). Menurut kamus tanaman herbal Honzo-Wamyo nan ditulis pada tahun 918, sebenarnya dulu orang Jepang menyebut wasabi sebagai Yamaaoi. Yama artinya gunung dan Zeniaoi artinya tanaman mallow. Maksudnya, wasabi berasal dari gunung dan berbentuk seperti tanaman mallow.

Baca Juga: Pengaruh Asia Timur dalam Tren Kuliner di Indonesia

Ada teori lain nan menyebut kenapa kita sekarang mengenalnya sebagai wasabi. Bentuk daun wasabi mirip dengan daun tanaman Hollyhock namalain Aoi. Lalu tumbuh di aliran sungai gunung namalain sawa. Maka dia dinamai sebagai Sawa-aoi nan disingkat menjadi Wasashi. Akhirnya orang-orang menyebutnya sebagai Wasabi. Wasabi sendiri merupakan sejenis lobak merah (horseradish) bagi orang Jepang. Bersaudara dengan kubis dan mustard.

Sushi wasabi

Photo by cottonbro from Pexels

Bicara soal aliran sungai, wasabi mirip seperti tanaman padi lantaran hidup di air. Ia memerlukan suhu air nan spesifik dan tidak boleh terlalu banyak alias terlalu sedikit mendapatkan sinar matahari. Inilah kenapa wasabi dihargai mahal. Ia susah ditanam. Bila petani kandas memanennya di tahun itu maka sang petani kudu menunggu hingga musin tanam di tahun berikutnya. Wasabi hanya bisa ditanam di ketinggian 1300-2500 meter di atas permukaan laut.

Harganya nan mahal ditambah kesulitan penanaman membikin tak banyak restoran sushi menggunakan wasabi asli. Umumnya wasabi nan kita temukan di restoran adalah pasta wasabi, serbuk wasabi, alias malah lobak merah. Harga satu kilo wasabi bisa mencapai 300 dolar. Selain itu cita rasa wasabi tidak dapat memperkuat lama. Setelah diparut kita kudu menikmatinya dalam waktu 15 menit saja. Sebaliknya jika belum diparut aroma dan rasa wasabi dapat memperkuat lama.

Wasabi juga kudu ditanam di aliran air musim semi. Ini membikin wasabi hanya bisa ditanam di letak spesifik di pegunungan. Hal ini juga nan menyebabkan para petani tidak dapat memperluas area tanam mereka. Diperkirakan, luas lahan tanam wasabi hanya 20 hektar saja. Bahkan setelah panen pun pekerjaan para petani belum selesai. Mereka tetap kudu “mencuci” tanah tempat wasabi ditanam.

Karena ditanam di aliran air, tentu ada akibat di media tanam tersebut. Daun busuk hingga serangga meninggal bisa menumpuk sehingga aliran air jadi kotor dan terhambat. Setelah wasabi dipanen maka petani bakal membalik permukaan tanam tempat wasabi ditanam dan menyemprot bagian atasnya secara hati-hati. Namun tentunya pekerjaan ini tidak sesederhana seperti kita membalik adukan kue di dapur. Ini pekerjaan bentuk nan berat dan melelahkan.

Selain itu lantaran lahan tanam wasabi diwariskan dari generasi ke generasi maka tiap petani mempunyai rahasianya sendiri dalam menanam. Setelah bibitnya ditanam di rumah kaca sekitar 3 bulan, hanya 70%-nya saja nan dapat dipindah ke ladang. Kemudian wasabi bakal menunggu hingga 18 bulan sebelum dapat dipanen agar mempunyai rasa dan aroma nan kuat. Wasabi nan kita konsumsi berbareng sushi adalah bagian dahannya.

Namun sebenarnya seluruh bagian tubuh wasabi dapat dikonsumsi. Orang Jepang umumnya menjadikannya acar, dimakan mentah, alias dimasak berbareng bahan lainnya. Wasabi juga ditambahkan ke dalam mie soba, yakiniku, dan belut. Rasanya memang pedas dan meninggalkan sedikit rasa manis tapi faedah wasabi tak sekadar itu. Wasabi juga mempunyai nilai gizi tinggi.

Wasabi mempunyai kandungan antibakteri lantaran itu dia cocok dimakan berbareng ikan mentah nan ada di dalam sushi. Sifat antibakterinya bisa melawan kuman rawan seperti E.coli dan Staphylococcus aureus. Wasabi juga berkarakter antiradang dan berfaedah untuk pembekuan darah. Tanaman ini mengandung vitamin B6, vitamin C, kalsium, potasium, magnesium, mangan, dan kaya serat. Inilah kenapa konsumsi harian wasabi berfaedah bagi kesehatan tubuh.